TEMPO.CO, Jakarta - Dinas margasatwa di Zimbabwe menjual sebagian hewan suaka dengan alasan untuk menyelamatkan dari kemarau parah.
Dinas Pengelola Margasatwa dan Taman Zimbabwe (Zimparks) pekan ini menerbitkan iklan untuk mengundang calon pembeli yang memenuhi persyaratan. "Pengelola mengundang anggota masyarakat yang memiliki kemampuan agar memiliki dan menangani margasatwa," kata Zimparks.
Zimparks direncanakan akan meneliti lahan penawar untuk memastikan tempat itu cocok buat hewan. Kemarau yang berkepanjangan membuat empat juta orang di Zimbabwe memerlukan bantuan pangan.
Zimbabwe adalah habitat bagi bermacam spesies margasatwa, termasuk apa yang disebut "lima besar"—singa, macan tutul, gajah, badak, dan banteng. Zimparks mengawasi satu daerah seluas 47 ribu kilometer persegi—termasuk sepuluh taman nasional—yang sama dengan 12,5 persen lahan di negeri itu.
Walaupun tak ada keterangan mengenai hewan yang akan dijual dan harganya, satu bayi gajah dilaporkan dijual dengan harga US$ 40-10 ribu.
“Hasil dari penjualan margasatwa tersebut akan digunakan oleh pengelola untuk mendanai kegiatan mereka,” dilansir Xinhua.
Kelompok pecinta margasatwa masih bungkam mengenai masalah itu.
Zimbabwe memiliki banyak populasi gajah, tak kurang dari 80 ribu, dan sebagian besar dari hewan tersebut berada di Taman Nasional Hwange di bagian barat- aut negeri itu.
Sebanyak 5.000 badak hitam hidup di alam liar di seluruh dunia, dan Zimbabwe memiliki 750 ekor.
Margasatwa Zimbabwe menjadi berita besar tahun lalu, ketika satu singa yang dikenal dengan nama Cecil dibunuh pemburu Amerika, Walter Parlmen. Peristiwa tersebut memicu kemarahan internasional sehingga lebih dari 40 perusahaan penerbangan melarang pengangkutan ‘piala’ di pesawat mereka.
ANTARA