TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengatakan sejumlah komoditas pertanian menghambat penurunan harga (deflasi) sepanjang April 2016. Salah satu komoditas tersebut adalah bawang merah, yang harganya malah naik 7,05 persen dan bobot terhadap inflasi sebesar 0,71 persen.
Kenaikan harga bawang merah ini, menurut Suryamin, tecermin di 74 kota yang mencatat kenaikan indeks harga konsumen-nya. “Ini terjadi karena kurangnya pasokan dari sentra produksi,” ujar Suryamin di kantornya, Senin, 2 Mei 2016.
Selain itu, kata Suryamin, ada tomat sayur dan tomat buah yang menghambat deflasi. Tomat sayur diketahui memiliki andil 0,04 persen terhadap inflasi dan bobot 0,24 persen. Terjadi kenaikan inflasi untuk tomat sayur sebesar 23,53 persen di 55 kota IHK.
Sedangkan untuk tomat buah, terjadi kenaikan harga 22,27 persen dengan andil terhadap inflasi 0,02 persen dan bobot 0,09 persen. “Pasokannya sedikit karena panen sudah selesai. Naik di 41 kota IHK,” tuturnya.
Selain penurunan tarif listrik dan harga BBM, ada sejumlah komoditas yang menjadi penyebab deflasi, seperti cabai merah. Cabai merah mengalami penurunan harga sebesar 25,41 persen, dengan andil terhadap inflasi 0,18 dan bobot 0,52 persen. “Pasokannya relatif banyak,” ucapnya.
Beras juga memiliki andil terhadap deflasi 0,07 persen karena mengalami penurunan harga sebesar 1,47 persen. Harga beras mengalami penurunan di 58 kota dengan penurunan tertinggi terjadi di Parepare sebesar 9 persen.
Ikan segar juga memiliki andil 0,05 persen terhadap deflasi, dengan bobot 2,64 persen. Ikan segar mengalami penurunan harga sebesar 1,45 persen. “Cuaca cukup baik, akibatnya pasokannya banyak,” katanya.
DIKO OKTARA