TEMPO.CO, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal menargetkan nilai komitmen investasi untuk Cina sebesar US$ 30 miliar tahun ini. Angka tersebut naik US$ 9 miliar dari 2015 yang mencapai US$ 21 miliar. "Hingga Maret 2016, sudah tercapai US$ 4 miliar," kata Kepala BKPM Franky Sibarani setelah konferensi pers di gedung Ismail Saleh, BKPM, Senin, 2 Mei 2016.
Adapun sektor investasi yang menjadi prioritas BKMP adalah infrastruktur, pertanian, maritim, industri, serta pariwisata dan kawasan. "Untuk industri akan mencakup lebih luas, yaitu di bidang ekspor dan industri padat karya" tutur Franky.
Menurut Franky, realisasi investasi Cina juga menunjukkan tren meningkat. Pada kuartal I 2016, realisasi Cina mencapai US$ 464,6 juta. Angka ini menunjukkan kenaikan 518,6 persen dibandingkan dengan kuartal I 2015, yaitu US$ 75,1 juta.
"Pada 2015, ada tambahan minat investasi sebesar US$ 22,2 miliar. Sedangkan di tahun yang sama, realisasi investasi langsung dan tidak langsung mencapai US$ 2,1 miliar," ujar Franky.
Baca: Di Papua, Harga Bawang Merah Rp 80 Ribu per Kilogram
Dengan besaran nilai realisasi investasi tersebut, saat ini Cina menduduki peringkat keempat sebagai investor terbesar di Indonesia setelah Singapura, Jepang, dan Hong Kong. Untuk mengejar target tersebut, BKPM akan melakukan sejumlah upaya, antara lain promosi investasi.
Hingga April, promosi sudah dilakukan empat kali, yaitu di Shanghai, Beijing, Huzhou, dan Dongguan. Melalui kegiatan promosi investasi tersebut, BKPM mencatat minat investasi Cina mencapai US$ 10,8 miliar. Sedangkan perusahaan yang telah mencatatkan komitmen investasi di BKPM sampai saat ini US$ 1,9 miliar. Selain itu, untuk memperkuat relasi kedua negara, BKPM secara resmi meluncurkan China Desk hari ini.
SELFY MOMONGAN