TEMPO.CO, Jakarta - Produsen tiwul instan di Dusun Kawista, Desa Adiwarno, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Pemilik usaha tiwul instan di Dusun Kawista, Lilik Sri Rahayu, Senin, 2 Mei 2016, mengatakan pihaknya terus berusaha menambah kapasitas produksi karena permintaan terus meningkat.
"Saat ini kami baru bisa membuat sekitar 100 kilogram tiwul instan per minggu, dan produksi itu jauh di bawah permintaan pasar yang mencapai tiga-empat kali lipat," ucapnya.
Dalam pemasaran produk, pihaknya mengemas tiwul dalam kantong plastik masing-masing 400 gram. Menurut dia, untuk menambah kapasitas produksi, pihaknya membutuhkan peralatan pendukung yang memadai. "Agar produksi bisa konstan dalam jumlah sesuai dengan target, kami sangat membutuhkan alat pengering," ujarnya.
Ia menuturkan alat pengering memegang peran vital karena selama ini pihaknya hanya bergantung pada pengering alami dari panas matahari. "Pada musim hujan seperti ini jelas sangat sulit mengandalkan pengeringan secara alami, mengingat curah hujan di Wonosobo cukup tinggi," katanya.
Ia berujar, usaha yang telah dirintis sejak delapan tahun lalu itu memiliki multiplier effect cukup luas. Selain mempekerjakan karyawan, usaha tiwul instan tersebut tidak berdiri sendirian.
"Mulai bahan baku berupa singkong hingga pengolahan menjadi tepung mocaf dikerjakan pihak lain. Ini demi terciptanya peluang kerja sama yang saling menguntungkan," ucapnya.
Selain itu, tutur dia, dalam pemasaran tiwul, pihaknya mempercayakan kepada orang lain. "Dalam pemasaran, kami menggandeng Mbak Maizidah Salas, salah satu aktivis buruh migran dari Tracap Kaliwiro, karena jaringannya cukup luas," katanya.
Meski masih sebatas permintaan individual, ucap dia, tiwul instan hasil olahannya telah sampai ke Australia, Hong Kong, Taiwan, dan Suriname.
ANTARA