TEMPO.CO, Jakarta - Batik merupakan salah satu aset dari keragaman budaya bangsa Indonesia. Selain diakui sebagai produk asli bangsa Indonesia oleh UNESCO, ternyata batik menjadi bagian penting dari perekonomian Indonesia.
Setidaknya, saat ini batik telah menjadi dress code dalam forum-forum nasional ataupun internasional, menggantikan pakaian resmi dengan setelan jas lengkap yang harganya mahal.
Wakil Presiden Jusuf Kalla punya cerita menarik soal awal mula pakaian batik menjadi seragam atau dress code dalam forum-forum nasional dan internasional.
Menurut Kalla, batik mulai kerap menjadi pakaian acara-acara resmi saat Indonesia terguncang krisis pada 1997-1998. "Sebelum itu, kebanyakan acara pakai jas semua," katanya dalam Kongres Dunia Association Cambiste Internationale (ACI) di Hotel Ritz-Charlton, Jakarta Selatan, Jumat, 29 April 2016.
Saat itu, Kalla menerangkan, Indonesia tengah menghadapi krisis ekonomi dan energi. Karena itu, perusahaan-perusahaan maupun kantor-kantor diwajibkan menggunakan temperatur AC tidak di bawah 24 derajat Celsius untuk penghematan. Dan, sejak saat itu, batik mulai dipakai untuk pakaian resmi acara-acara nasional dan internasional. "Kalau kita batik kan itu lebih murah daripada kita pakai jas lengkap yang mahal dan pasti panas. Makanya batik (cocok) dipakai dalam acara-acara resmi seperti ini," ujarnya, yang disambut tawa para peserta kongres.
Kalla tak berhenti bercerita di situ. Ia juga menganggap batik mencerminkan budaya bangsa Indonesia yang amat beragam. "Coba kalian lihat di antara batik yang kalian pakai, tidak ada satu pun corak dan warna batik kalian yang sama. Tapi kita semua di sini sama-sama memakai batik. Batik itu menyatukan kita. Batik itu berbeda-beda, tapi tetap satu jua, Bhinneka Tunggal Ika," ucap Kalla, yang kali ini disambut tepuk tangan hadirin. "Makanya, kalau acara resmi, pakai batik terus ya."
LUCKY IKHTIAR RAMADHAN