TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad memaparkan sejumlah faktor penyebab krisis keuangan yang terjadi dalam dua dekade terakhir di Kongres Dunia Association Cambiste Internationale-Financial Market Association (ACI-FMA) ke-55 yang digelar di Jakarta, Jumat, 29 April 2016. Mengutip studi International Monetary Fund pada 2014, Muliaman menjelaskan faktor yang pertama terkait pertumbuhan kredit yang tidak diimbangi dengan standar pemberian kredit yang baik.
"Sehingga menimbulkan kredit bermasalah dalam jumlah besar," ujar Muliaman dalam Kongres Dunia Association Cambiste Internationale (ACI) di Hotel Ritz-Charlton, Jakarta, Jumat, 29 April 2016.
Faktor yang kedua, menurut Muliaman, adalah adanya apresiasi nilai aset yang sangat cepat khususnya di sektor properti yang sering digunakan sebagai agunan kredit. "Ketiga, penciptaan instrumen-instrumen ekonomi baru yang sangat kompleks yang acapkali tidak dikelola dengan baik," katanya.
Faktor yang keempat, kata Muliaman, adalah liberalisasi deregulasi sektor keuangan yang menyebabkan terjadinya bauran bisnis investasi dan bisnis komersial oleh perbankan. "Selain itu juga adanya adopsi model manajemen resiko yang belum sesuai dengan kapasitas sumber daya manusia," tuturnya.
Untuk mencegah terjadinya krisis keuangan, ujar Muliaman, OJK menyambut baik disahkannya Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. "Sebagai pedoman dalam menangani krisis keuangan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," katanya.
Muliaman pun berharap, ACI memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah untuk mengedepankan stabilitas sistem keuangan melalui peningkatan pemahaman terhadap berbagai macam instrumen keuangan. "Karena itu, kami mengapresiasi ACI yang mengadopsi code of conduct dari berbagai macam instrumen," ujarnya.
Pada hari ini, Kongres Dunia Association Cambiste Internationale-Financial Market Association (ACI-FMA) ke-55 dibuka. Kongres yang mengangkat tema "Value in Diversity" ini merupakan wadah bagi para profesional keuangan dari seluruh dunia untuk membangun jejaring serta mendiskusikan kesempatan dan tantangan bisnis saat ini. Kongres yang pertama kali digelar pada 1957 ini pernah diadakan di Milan, Berlin, Singapura, dan Dubai.
Selain Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad, kongres yang dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla ini menghadirkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Direktur Utama CT Corporation Chairul Tanjung, dan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.
ANGELINA ANJAR SAWITRI