TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin mrnggatakan jika industri tekstil dan produk tekstil (TPT) harus mulai berfokus pada sekmen menengah ke atas. Saat ini Industri TPT nasional telah dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional, sehingga dapat menjadi modal yang kuat menembus pasar global.
"Oleh karena itu penting bagi Indonesia untuk memposisikan diri pada segmen menengah ke atas secara lebih agresif dengan mulai memperkenalkan branding Indonesia," ujar Saleh saat membuka Musyawarah Nasional Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) ke XVI di Gedung Niaga Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu, 26 April 2016.
Menurut Saleh, industri tekstil saat ini tak hanya menghasilkan produk untuk kebutuhan sandang atau pakaian saja. Namun telah berkembang menjadi industri tekstil non sandang. Bahkan banyak juga yang digunakan untuk material pembangunan infrastruktur jalan tol, agro-textiles, medis, industri makanan & minuman sampai industri otomotif serta industri manufaktur konsumsi lainnya.
Baca Juga: Begini Cara Satgas Tax Amnesty Lacak Aset WNI di Luar Negeri
Jenis industri ini populer disebut komoditi industri non woven yang pasarnya luas dan permintaannya besar. Industri ini mencatat pertumbuhan rata-rata 9,9 persen per tahun dalam lima tahun terakhir. "Indonesia baru bisa menyuplai 0,47 persen dari kebutuhan dunia," Saleh menjelaskan.
Industri TPT, kata Saleh, harus menambah daya saing, meningkatkan mutu, serta membuat produk yang sesuai standar dan menjamin kesehatan, keselamatan, keamanan bagi penggunanya. Dengan keberanian memasang harga yang kompetitif, Saleh optimistis industri TPT dapat terus berkembang.
Industri TPT menyumbang ekspor pada Februari 2016 sebesar 6,81 persen. Angka ini meningkat bila dibandingkan periode sebelumnya secara month on month. "Industri TPT merupakan industri padat karya, yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,5 juta orang atau sekitar 10,36 persen tenaga kerja di sektor industri," kata Saleh.
EGI ADYATAMA