TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan tingkat inflasi yang tinggi sebagian besar dipengaruhi oleh gejolak harga pangan. Ia menyebut, bawang merah menjadi penyumbang terbesar inflasi.
Agus mengatakan, dari inflasi 0,19 persen pada Maret, 0,16 persennya adalah sumbangsih bawang merah. “Biarpun kontribusinya kecil, kalau kenaikan harganya sampai 30 persen, itu bisa langsung jadi sumber tekanan inflasi,” ujar Agus di Gedung BI, Senin, 25 April 2016.
Agus mengungkapkan, inflasi bawang merah pada Maret mencapai 30,86 persen. Dalam lima tahun terakhir, inflasi bawang merah telah mencapai 79 persen month-to-month pada Maret 2013, 60 persen month-to-month pada Juli 2013, dan 35,7 persen month-to-month pada Desember 2015.
Agus menuturkan, bila kenaikan harga bawang merah lebih dari 10 persen, kontribusinya terhadap inflasi mencapai 0,07 persen. “Nanti kalau harga bawang merah sudah terkendali, biasanya berikutnya harga cabai merah, cabai keriting, daging sapi, daging ayam, dan telur akan mengikuti,” kata Agus.
Adapun inflasi pada Maret, menurut Agus, tercatat 0,19 persen atau lebih tinggi dibandingkan Februari yang mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. Sedangkan untuk inflasi volatile food periode Maret 2016 tercatat sebesar 0,75 persen atau 9,59 persen year-on-year.
“Jadi perlu dilakukan koordinasi agar harga pangan yang bergejolak ini betul-betul terjaga,” kata Agus.
BAGUS PRASETIYO