TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 4.900 dalam pembukaan perdagangan, Senin, 25 April 2016. IHSG naik 0,12 persen atau 5,67 poin ke level 4.920,40.
Analis First Asia Capital, David Sutyanto, mengatakan penguatan IHSG dibayangi aksi ambil untung jangka pendek. "Sejumlah isu individual emiten akan menjadi katalis pergerakan IHSG," katanya dalam siaran pers, Senin, 25 April 2016. Ia memperkirakan IHSG hari ini akan bergerak dengan support di angka 4.880 dan resistan di angka 4.940.
IHSG akhir pekan lalu berhasil melanjutkan tren penguatannya dan ditutup di level 4.914,737 atau menguat 0,24 persen atau 11,647 poin. Kenaikan tersebut merupakan posisi penutupan tertinggi sejak perdagangan pada 7 Juli 2015.
Sepanjang tahun ini, IHSG telah menguat 7 persen (YTD). Hal ini mengindikasikan tren bullish pasar saham sepanjang tahun ini.
Penguatan IHSG pada akhir pekan lalu terutama ditopang aksi beli selektif atas saham unggulan di perbankan, telekomunikasi, dan konsumsi. Selain ditopang kondisi pasar saham eksternal yang kondusif, tren positif pasar ditopang sejumlah isu individual emiten sektoral. Di antaranya rilis laba 1Q16 dan rencana pembagian dividen.
Selama sepekan, IHSG berhasil menguat 1,89 persen dengan dukungan pembelian bersih asing mencapai Rp 1,4 triliun. Minat beli cenderung meningkat sepekan lalu, yang tecermin dari nilai transaksi rata-rata harian di pasar reguler mencapai Rp 4,80 triliun dibanding rata-rata harian Maret lalu di level Rp 4,6 triliun. Saham perbankan, properti, infrastruktur, dan tambang menjadi penopang penguatan IHSG dalam sepekan terakhir.
Dari faktor eksternal, pergerakan bullish harga minyak mentah dan sejumlah komoditas logam lain menjadi faktor positif penguatan saham sektor berbasis komoditas. Data perekonomian Cina yang cenderung membaik menjadi katalis penguatan harga komoditas tambang.
Adapun Wall Street, akhir pekan lalu, bergerak bervariasi. Saham sektor energi kembali menjadi penopang penguatan indeks saham. Saham berbasis teknologi cenderung koreksi setelah sejumlah rilis laba emiten 1Q16 yang berbasiskan teknologi kurang menggembirakan. Indeks DJIA menguat 0,12 persen di angka 18.003,75 dan indeks Nasdaq terkoreksi 0,8 persen di angka 4.906,23.
Namun, dalam sepekan, indeks DJIA dan S&P berhasil menguat 0,6 persen dan 0,5 persen, melanjutkan tren penguatan pekan sebelumnya. Harga minyak mentah sepekan kemarin naik 8,35 persen menjadi salah satu katalis penguatan di Wall Street.
VINDRY FLORENTIN