TEMPO.CO, Jakarta - Bandara Djalaluddin Gorontalo tengah merintis penggunaan pembangkit listrik tenaga magnet yang akan beroperasi pada 2018 mendatang.
Kepala Bandara Djalaluddin Asri Santosa saat di Gorontalo, Rabu (20 April 2016), mengatakan tujuan dikembangkan teknologi itu untuk menciptakan sumber listrik alternatif selain dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang ketersediannya terbatas di wilayah tersebut.
Ia menjelaskan, listrik yang disediakan PLN sebesar 1.200 kVA (kilovolt ampere), sementara dari pembangkit listrik tenaga magnet mampu menghasilkan 500 kVA.
"Listrik dari tenaga magnet ini hanya digunakan di luar untuk keselamatan dan keamanan bandara, seperti untuk televisi atau pendingin ruangan," katanya.
Asri menyebutkan dengan pembangkit listrik tenaga magnet tersebut, bandara bisa menghemat sekitar Rp19 miliar selama 15 tahun.
Penghematan tersebut, bisa dialokasikan untuk menambah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Bandara Djalaluddin yang ditargetkan bisa mencapai Rp7,6 miliar dari realisasi tahun 2015 Rp6,54 miliar.
Dia menyebutkan dengan investasi sekitar Rp3,5 miliar, pembangkit listrik tenaga magnet bisa digunakan untuk pemakaian hingga 15 tahun.
"Pembangkit ini self-generate atau membangkitkan sendiri, harus di-charge setiap 15 jam sekali," kata pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.
Asri mengatakan teknologi tersebut juga pernah ia kembangkan sebelumnya di Bandara Mopah Merauke ketika menjadi kepala bandara di sana.
Selain listrik, Asri mengatakan pihaknya juga akan memasang sistem pompa air untuk memasok 11.000 liter kebutuhan air bersih.
Saat ini, dia menyebutkan air yang didatangkan dari PDAM hanya dua tangki dan bandara masih kekurangan air bersih untuk penumpang.
Sistem pompa air itu memanfaatkan air sungai, terutama ketika musim hujan yang luapannya bisa sampai ke landasan pacu.
ANTARA