TEMPO.CO, Jakarta - Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk New York, Winanto Adi, mengatakan produk Indonesia sangat diakui di pasar Amerika Serikat. Namun persoalan proses produksi massal dan pemasaran masih lemah. “Kita bisa membuat produk bagus, tapi tidak tahu selera pasar yang dituju. Itu yang membuat kami sulit menembus suatu pasar yang kami bidik,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 20 April 2016.
Adi mengatakan, di wilayah pantai barat Amerika, seperti California, Los Angeles, dan Seattle, produk usaha kecil dan menengah Indonesia sudah banyak dipasarkan. Sebab, di wilayah itu banyak penduduk dari Asia. Untuk wilayah timur Amerika, seperti New York dan Boston, produk Indonesia masih belum masuk. “Kami harus melakukan penetrasi pasar ke wilayah pantai timur ini,” katanya.
Seorang konsultan marketing dari Amerika, Jennifer Isaacson, berujar, produk kerajinan saat ini menjadi tren di Amerika Serikat. Warga Amerika sangat menghargai produk berbasis tradisi. Ia menilai itu menjadi peluang bagi Indonesia untuk memasarkan UKM ke Amerika. Soal harga, kata dia, di pasar retail Amerika selalu meningkat rata-rata 4 persen setiap tahun. Ia mengimbau penentuan harga produk UKM dari Indonesia jangan terlalu murah karena akan dianggap produk yang tidak berkualitas.
Jennifer menilai memang sulit menembus pasar Amerika. Namun tidak mustahil produk Indonesia bisa sukses di negara itu. Cara yang bisa ditempuh adalah memahami siapa konsumennya, tren yang sedang terjadi, kategori produk, serta fungsi dari produk yang akan dipasarkan. Misalnya, untuk ukuran pakaian small, medium, dan large, Indonesia dengan Amerika sangat berbeda.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta berkomitmen mendorong produk UKM berorientasi ekspor. Saat ini pemerintah sudah menyiapkan Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (Kurbe) UKM berbasis ekspor dengan nilai pembiayaan Rp 5-50 miliar, disesuaikan kebutuhan setiap UKM.
DANANG FIRMANTO