TEMPO.CO, Subang - Bulog Subdivre Subang, Jawa Barat, optimistis mampu memenuhi target penyerapan gabah sepanjang 2016. Namun Bulog kerap kalah bersaing soal harga dengan para tengkulak dalam pembelian gabah musim panen rendeng saat ini.
Kepala Bulog Subdivre Subang Taufik Budi Santoso mengatakan, hingga pertengahan April 2016, total serapan gabah kering giling (GKG) sudah mencapai 24 ribu ton atau setara 12 ribu ton beras. Tahun lalu serapan gabah Bulog pada medio Maret baru mencapai 200 ton beras, sedangkan tahun ini sudah 6.000 ton.
"Jika melihat hasil serapan sekarang, kami sangat optimistis memenuhi target yang telah dipatok," ucapnya kepada Tempo, Rabu pagi, 20 April 2016.
Target serapan GKG yang dibebankan Bulog pusat kepada Bulog Subdivre Subang selama periode 2016 adalah 110 ribu ton atau setara 60 ribu ton beras.
Taufik berujar, agresivitas penyerapan yang dilakukan Bulog melalui 15 mitra kerjanya di lapangan agak terkendala akibat kalah bersaing dalam soal harga dengan para tengkulak. Para tengkulak saat ini mematok harga beli GKG antara Rp 4.300 dan Rp 4.500 per kilogram. Harga eceran tertinggi Bulog untuk GKG sebesar Rp 3.700 per kg atau Rp 7.300 per kg beras.
Kendati kalah bersaing, penyerapan Bulog didukung kerja sama antara para mitra Bulog dan para kelompok tani. Dengan cara itu, para petani binaan mitra kerja tetap setia menjual produksi padi atau berasnya kepada Bulog. "Untungnya lagi, Bulog selalu beli gabah atau beras dengan tunai. Adapun para tengkulak banyak yang utang," tutur Taufik.
Petani di Kecamatan Pabuaran, Engkus, mengatakan tetap menjual gabahnya ke Bulog karena dibeli tunai. "Kalau ke tengkulak, meski harganya tinggi, biasanya diutang satu-tiga bulanan," katanya.
Meski harganya agak rendah, hasil pembelian gabah secara tunai oleh Bulog bisa dipakai langsung buat modal menggarap tanam padi musim gadu serta memenuhi kebutuhan rumah tangga dan sekolah anak.
NANANG SUTISNA