TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset NHK Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi menguat dalam perdagangan Senin, 18 April 2016, di Bursa Efek Indonesia. IHSG diperkirakan bergerak di laju support 4.778-4.803 dan resistan di angka 4.852-4.869.
“Jika pelaku pasar dapat mengesampingkan sikap wait and see, IHSG dapat dengan mudah rebound,” kata Reza dalam siaran pers, Senin ini.
Reza menambahkan, kekhawatiran pasar dan sikap wait and see pelaku pasar membuat laju penguatan IHSG tertahan. Pelaku pasar harus waspada atas pelemahan laju bursa saham global yang dapat menahan potensi penguatan IHSG. “Tetap cermati sentimen yang ada,” ujarnya.
Laju IHSG pada akhir pekan akhir lalu “menghijau” seiring dengan aksi beli yang menahan pelemahan sebelumnya. “Pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk mengakumulasi harga bawah,” ucapnya. Sejak awal perdagangan, laju IHSG sempat dibawa ke zona merah, sebelum akhirnya mampu bangkit menjelang preclosing.
Penguatan saham aneka industri, infrastruktur, dan manufaktur tertahan oleh pelemahan lanjutan pada saham perbankan. Pasalnya, muncul ulasan bernada negatif terhadap kebijakan Bank Indonesia.
Bank Indonesia menetapkan 7 hari reverse repo rate sebagai suku bunga, yang merupakan kebijakan baru untuk memperkuat transmisi moneter. Persepsi yang salah akan penggunaan kebijakan ini terhadap potensi penurunan pendapatan perbankan telah membawa saham-saham perbankan ke zona merah.
Di sisi lain, juga dirilis perlambatan kinerja ekspor yang menekan surplus neraca perdagangan Indonesia ke angka US$ 490 juta pada Maret 2016. Badan Pusat Statistik melaporkan aktivitas perdagangan internasional Indonesia sepanjang Maret 2016 surplus 28,36 juta ton.
Nilai ekspor Indonesia pada Maret 2016 mencapai US$ 11,79 miliar atau meningkat 4,25 persen dibanding ekspor pada Februari 2016. Dibanding pada Maret 2015, ekspor menurun 13,51 persen. Nilai impor Indonesia pada Maret 2016 mencapai US$11,30 miliar atau naik 11,015 dibanding pada Februari 2016. Namun, dibanding pada Maret 2015, turun 10,41 persen.
VINDRY FLORENTIN