TEMPO.CO, Surabaya – PT PAL Indonesia (Persero) menyatakan siap mendukung megaproyek 35 ribu megawatt yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. BUMN perkapalan itu berencana mengembangkan kapal pembangkit listrik terapung guna menyalurkan listrik ke pulau-pulau terpencil di Indonesia.
"Apabila PLN meminta untuk diperbesar, kami sangat siap. Sebab, fondasinya sudah ada," ujar Direktur Utama PT PAL Indonesia M. Firmansyah Arifin saat ditemui setelah mengadakan syukuran ulang tahun ke-36 PT PAL di Surabaya, Jumat, 15 April 2016.
Firmansyah mengungkapkan, PT PAL pernah membuat kapal itu pada 1996. Namun kapasitasnya masih kecil. Jika diberi kesempatan dan kepercayaan, pihaknya mengaku sanggup, mengingat sumber daya manusia yang dimilikinya sangat mampu dan mumpuni pada bidang permesinan dan kelistrikan kapal. “Tinggal memperbesar kapasitas dan ukuran yang diinginkan untuk mendukung program listrik nasional.”
Ia menambahkan, saat ini pengembangan kapal masih menunggu permintaan dari PT PLN Persero selaku pengelola listrik di Indonesia. Sebab, pihaknya perlu mengetahui jumlah kebutuhan daya yang diinginkan.
"Teman-teman PLN yang kami undang dalam acara syukuran ini baru tahu bahwa PT PAL Indonesia sudah membuat kapal tersebut,” katanya. Bahkan salah satunya pernah digunakan di beberapa wilayah saat bencana tsunami di Aceh dan beberapa pulau terpencil lainnya.
Arifin berharap pemerintah mau memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak bangsa untuk mengembangkan potensi pada bidang perkapalan. Dengan begitu, Indonesia dapat mandiri dalam hal kepemilikan kapal pembangkit listrik terapung. “Tidak perlu lagi menyewa kapal sejenis dari negara lain.”
PT PLN (Persero) menyewa kapal pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) Apung berkapasitas 120 MW. Kapal itu didatangkan dari Turki selama lima tahun dengan nilai kontrak Rp 1.850 per kWh. Hal itu dilakukan sebagai pembangkit listrik di atas kapal yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat dari satu pulau ke pulau lain.
ARTIKA RACHMI FARMITA