TEMPO.CO, Surabaya - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat penurunan nilai ekspor Provinsi Jawa Timur sebesar 2,73 persen pada Maret 2016. Ekspor yang mencapai US$ 1.861,13 juta pada Februari turun menjadi US$ 1.810.40 juta sebulan berikutnya. “Ekspor Jawa Timur turun karena perhiasan dan emas nilainya turun,” kata Kepala BPS Jawa Timur Teguh Pramono, Jumat, 15 April 2016.
Selama ini kelompok perhiasan emas dan permata menjadi primadona ekspor nonmigas Jawa Timur dengan nilai US$ 587,90 juta. Menurut Teguh penurunan nilai ekspor disebabkan harga komoditas nonmigas itu di pasar internasional yang juga anjlok. “Bulan Maret turun menjadi US$ 2,881 per gram.”
Meski begitu volume pengiriman masih tinggi, bahkan bertambah. Pada Februari 2016 jumlah ekspor perhiasan emas/permata Jawa Timur sebanyak 221.351 kilogram, lalu pada Maret meningkat menjadi 204.063 kilogram.
Secara kumulatif, nilai ekspor Januari sampai Maret 2016 mencapai US$ 4.984,54 juta atau naik 4,39 persen dibandingkan ekspor periode yang sama tahun 2015 yang mencapai US$ 4.774,83 juta. Jika dirinci, ekspor migas Jawa Timur pada Maret 2016 mencapai US$ 61,65 juta atau turun 7,45 persen dibandingkan pada Februari 2016 sebesar US$ 66,60 juta. Adapun ekspor nonmigas Jawa Timur Maret 2016 mencapai US$ 1.748,75 juta atau turun 2,55 persen dibandingkan pada Februari 2016 yang mencapai US$ 1.794,52 juta.
Negara tujuan ekspor produk nonmigas Jawa Timur terbesar adalah Swiss dengan nilai mencapai US$ 313,32 juta, diikuti Jepang sebesar US$ 236,44 juta, dan Amerika Serikat sebesar US$ 164,81 juta.
Di sisi lain nilai impor Jawa Timur bulan Maret 2016 mencapai US$ 1.506,53 juta atau naik 3,20 persen dibandingkan bulan Februari yang mencapai 1.459,80 juta. “Tapi neraca perdagangan Jawa Timur masih surplus sebesar US$ 303,87 juta,” kata Teguh.
Impor Jawa Timur didominasi oleh kelompok nonmigas yang mencapai US$ 1.273,20 juta atau turun 2,97 persen dibandingkan Februari yang sebesar US$ 1.312,23 juta. Impor terbesar berasal dari kelompok mesin-mesin atau peralatan mekanik dengan nilai US$ 1.37,18 juta , diikuti besi dan baja sebesar US$ 101,27 juta, gandum-ganduman sebesar US$ 98,04 juta. Berikutnya ialah plastik dan barang dari plastik sebesar US$ 86,27 juta dan bungkil industri makanan sebesar US$ 85 juta.
Menurut Teguh, hal itu dapt dipahami karena Jawa Timur ialah provinsi industri sekaligus gerbang bagi Kawasan Timur Indonesia. Sehingga, tak menutup kemungkinan komoditi yang diimpor adalah barang-barang yang dibutuhkan bagi provinsi lainnya. “Bisa jadi impor dilakukan provinsi lain tapi melalui pelabuhan di Jawa Timur,” ujar dia.
ARTIKA RACHMI FARMITA