TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan pertumbuhan industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka sebesar 6,33 persen dan memberi kontribusi 2,43 persen terhadap produk domestik bruto. Industri ini menjadi salah satu sektor prioritas yang menjadi andalan pemerintah.
“Sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) akan terus menguat karena sifatnya yang padat karya dan menjadi 'jaring pengaman sosial' yang mendukung pendapatan penduduk," kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka Kementerian Perindustrian Muhdori, dalam keterangan tertulis, Kamis, 14 April 2016. Dia mengatakan hal itu dalam acara Forum Komunikasi Bakohumas Kementerian Perindustrian di Solo, Kamis ini.
Menurut Muhdori, saat ini industri TPT menempati peringkat ketiga ekspor nasional dan menyerap tenaga kerja hingga 2,79 juta orang dengan hasil produksi yang mampu memenuhi 70 persen kebutuhan sandang dalam negeri. Sepanjang 2015, sektor TPT telah memberikan kontribusi 1,22 persen terhadap PDB nasional dan surplus ekspor sebesar US$ 4,31 miliar.
Baca Juga: Kemenperin Dukung Produk Perca Bernilai Tambah
Nilai ekspor TPT mencapai US$ 12,28 miliar atau berkontribusi 8,17 persen dari total nilai ekspor nasional. Industri TPT juga memiliki andil besar dalam menyumbang devisa negara. Total investasi di sektor tersebut pada 2015 mencapai Rp 573 triliun atau naik 16,9 persen dari 2014. Tercatat sektor TPT menyumbang 5,05 persen investasi asing dan 3,07 persen investasi dalam negeri.
Meski kinerja industri tekstil sempat menurun 4,79 persen pada 2015, kata Muhdori, peluang pertumbuhan tahun ini masih sangat besar. Ini terjadi karena Indonesia dapat merespons krisis global secara tepat dan sudah menunjukkan perbaikan di sisi ekonomi nasional.
Terlebih, kelas menengah yang menjadi lokomotif konsumsi nasional dianggap menyumbang cukup banyak pertumbuhan ekonomi. "Dengan kata lain, ketika pasar dunia tengah melemah, pasar domestik masih menjadi potensi besar," ucapnya.
Baca: Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta Beroperasi Mei 2016
Kepala Pusdiklat Industri Kementerian Perindustrian Mujiyono mengatakan sejumlah tantangan masih akan dihadapi pelaku usaha TPT, misalnya para pekerja yang belum banyak tersertifikasi sesuai dengan keahliannya. Ini mengakibatkan terhambatnya kemampuan penelitian dan pengembangan di sektor industri tersebut.
"Itulah alasan Kemenperin mendirikan Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil di Bandung dan Solo sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kerja industri tekstil yang kompeten dan berdaya saing," katanya.
AMIRULLAH