TEMPO.CO, Jakarta - Laju bursa saham Asia berada di zona hijau. Sedangkan laju bursa saham Eropa terlihat masih mampu melanjutkan laju di zona positif.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan penguatan di Asia terjadi lantaran harga minyak dunia yang sempat menyentuh level US$ 42 per barel. "Para pelaku pasar cenderung melakukan aksi belinya terhadap sektor komoditas dan energi yang memiliki korelasi positif terhadap komoditas dunia," ucapnya dalam siaran persnya, Kamis, 14 April 2016.
Di Cina, sentimen positif berasal dari rilis neraca perdagangan Cina yang surplus tapi melemah dibanding bulan lalu. Ekspor Cina pun menguat sebesar 11,5 persen, penguatan ekspor pertama sejak Juni 2015. Produsen bahan baku dan perusahaan energi memimpin reli di indeks MSCI Asia Pacific menyusul naiknya produksi logam industri dan bijih besi melewati batas harian di Cina.
Adapun laju bursa saham Eropa masih bertahan di zona positif dengan banyaknya aksi beli dan positifnya beberapa data makroekonomi. "Saham-saham perbankan dan pertambangan menjadi incaran pelaku pasar," ujar Reza.
Sentimen lain adalah data surplus neraca perdagangan Belanda dan deflasi Spanyol yang tak bergerak di level -0,8 persen. Sentimen tersebut turut mempengaruhi para pelaku pasar dalam mengambil keputusan. Data-data tersebut melengkapi respons positif pelaku pasar terhadap positifnya data ekspor dan impor Cina.
Sentimen yang sama juga dirasakan laju bursa saham Amerika. Pasar merespons positif kenaikan ekspor Cina dan turunnya pertumbuhan minus impor Cina. Rilis kinerja kuartal pertama dari JP Morgan yang di atas perkiraan pasar memberi sentimen positif. Padahal laju harga minyak mentah dunia melemah. Sentimen positif didukung pernyataan menteri Rusia bahwa pihaknya tidak akan mencapai kesepakatan untuk mengatur persediaan minyak mentah dunia.
VINDRY FLORENTIN