TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia akan mengumumkan instrumen kebijakan moneter baru pada Jumat, 15 April 2016.
"Ada beberapa hal teknis moneter yang perlu kami jelaskan dengan lengkap menggunakan data dan kerangka. Jumat akan kami umumkan," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara kepada Antara, Rabu, 13 April 2016.
Mirza, yang masih berada di luar negeri, belum bersedia membeberkan secara rinci instrumen kebijakan moneter tersebut.
Informasi mengenai instrumen kebijakan moneter terbaru yang disiapkan Bank Sentral sudah beredar di kalangan ekonom dan bankir sejak awal pekan, Senin, 11 April 2016.
Ketika dimintai tanggapan pada Selasa kemarin, Direktur PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Panji Irawan mengaku mendengar instrumen kebijakan moneter baru yang disiapkan BI.
Instrumen baru itu dikabarkan akan menggunakan acuan bunga Reverse Repurchase Agreement (Repo). Reverse Repo merupakan transaksi penjualan Surat Utang Negara dari BI kepada perbankan dengan syarat akan dibeli lagi oleh BI pada jangka waktu tertentu.
Tingkat bunga acuan Repo saat ini berada di 5,75 persen, sedangkan BI rate berada di 6,75 persen.
Panji mengatakan, jika bunga acuan juga didasarkan pada Repo Rate, akan lebih efektif untuk menurunkan suku bunga kredit perbankan. Terlebih pemerintah dan otoritas di sektor keuangan sedang gencar berupaya menurunkan suku bunga kredit perbankan ke satu digit.
"Karena akan menggunakan tingkat referensi baru, second base, di mana lebih rendah. Ini sudah tepat di atmosfernya," katanya.
Seorang ekonom yang terlibat langsung dalam rapat pembahasan dengan BI membenarkan bahwa Bank Sentral akan mengumumkan instrumen kebijakan moneter terbarunya pada pekan ini.
Namun dia enggan berkomentar lebih jauh mengenai dampak dan motif BI dengan merilis acuan kebijakan moneter terbaru.
"Saya sudah dipesan Pak Mirza untuk tidak berkomentar dahulu sampai Jumat. BI secara resmi meluncurkan kebijakan ini," kata ekonom tersebut.
ANTARA