TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari First Asia Capital, David Sutyanto, mengatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan tren bullish-nya sepanjang tahun ini. IHSG diperkirakan bergerak di posisi 4.810-4.850 dengan peluang penguatan lanjutan.
"IHSG berpeluang melanjutkan tren bullish sepanjang tahun didukung kondisi kondusif pasar saham global serta rally harga komoditas minyak mentah dan logam," ucap David dalam siaran persnya, Rabu, 13 April 2016.
Menurut David, saham sektoral berbasis komoditas energi dan tambang akan kembali melanjutkan penguatannya. Sejumlah isu individual, seperti antisipasi kinerja 1Q16 dan pembagian dividen sejumlah emiten, turut menopang penguatan IHSG.
Setelah dua hari perdagangan sebelumnya terkoreksi, kemarin IHSG berhasil rebound. Topangan rebound berasal dari sejumlah saham unggulan terutama yang bergerak di konsumsi, perbankan, dan aneka industri. IHSG ditutup naik 0,89 persen atau 42,599 poin di posisi 4.829,573.
Penguatan IHSG kemarin turut terimbas pergerakan positif di pasar saham Asia. Kenaikan ditopang penguatan harga minyak mentah dan kenaikan lanjutan harga komoditas tambang logam. Sejumlah isu individual, seperti rencana sejumlah emiten membagikan dividen tunai, turut menjadi pemicu aksi beli pemodal.
Adapun bursa global tadi malam kembali menguat. Kenaikan ditopang kenaikan lanjutan harga minyak mentah dan rally harga komoditas logam. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro kemarin menguat 0,61 persen di posisi 2.942,09. Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,94 persen dan 0,97 persen di angka 17.721,25 dan 2.061,72.
Harga minyak mentah di Amerika Serikat tadi malam melonjak 4,5 persen di posisi US$ 42,17 per barel setelah pasar merespons pemberitaan kantor berita Rusia. Rusia dan Arab Saudi setuju pembekuan tingkat produksinya menjelang pertemuan Doha pada 17 April mendatang. Ini merupakan posisi tertinggi harga minyak sepanjang tahun ini dan telah menguat 14 persen (YTD).
Penguatan di pasar saham global tadi malam mengabaikan peringatan IMF akan potensi terjadinya stagnasi global. IMF kemarin menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan menjadi masing-masing 3,2 persen dan 3,5 persen dari proyeksi sebelumnya pada Januari 2016 masing-masing 3,4 persen dan 3,6 persen.
VINDRY FLORENTIN