TEMPO.CO, Jakarta - Country Director Asian Development Bank untuk Indonesia Steven Tabor mengatakan, pada 2016, perekonomian Asia akan melambat. "Salah satunya karena ekonomi Cina yang melambat," ucap Tabor saat ditemui di Hotel Intercontinental MidPlaza, Rabu, 30 Maret 2016.
ADB memprediksi juga bahwa Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh lebih kuat seiring kenaikan output dari 4,4 persen pada 2015 menjadi 4,5 persen tahun 2016. Pertumbuhan di Asia Tenggara diprediksi akan dipimpin Indonesia, yang tengah melaksanakan reformasi kebijakan guna mendorong investasi swasta.
Secara umum, ADB memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto kawasan Asia akan bertumbuh 5,7 persen pada 2016 dan 2017. Tahun lalu, pertumbuhan PDB Asia bertumbuh 5,9 persen. "Cina penting, karena pertumbuhan Asia paling besar berasal dari negara itu," ucap Tabor.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi India sebagai salah satu negara Asia yang memiliki pertumbuhan tercepat juga diprediksi mengalami penurunan tahun ini. Perekonomian India diprediksi akan tumbuh 7,4 persen tahun ini, turun dibanding 2015 sebesar 7,6 persen.
Baca Juga: Ini Empat Utama Isi Paket Kebijakan Ekonomi ke-11
Tabor juga menjelaskan beberapa hal yang bisa menjadi risiko bagi pertumbuhan Asia. Salah satunya potensi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat. "Bisa ada dampak negatif terhadap pertumbuhan Asia, karena mungkin masih ada kenaikan tingkat bunga satu-dua kali lagi."
DIKO OKTARA