TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Swiss Doris Leuthard menemui Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil untuk membahas kerja sama investasi di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). "Dia membawa banyak perusahaan yang siap berinvestasi di Indonesia," ucap Sofyan saat konferensi pers di kantornya pada Rabu, 30 Maret 2016.
Sofyan mengatakan Swiss akan menanamkan investasi di beberapa sektor, khususnya sektor energi. Dia mengapresiasi langkah Swiss karena dianggap sejalan dengan program prioritas pemerintah Indonesia.
Indonesia menargetkan lima program prioritas di bidang energi. Mulai pengembangan bioenergi, pembangunan pembangkit geotermal, pengembangan industri pendukung energi, penyesuaian feed in tariff, hingga pengembangan pembangkit tenaga solar, air, angin, pasang-surut, dan nuklir.
Kerja sama itu diharapkan dapat menyuplai pasokan listrik Tanah Air. Targetnya, proporsi pembangkit listrik EBT akan dapat naik 33 persen pada 2025. Pihaknya juga berencana meningkatkan jumlah pembangkit listrik sebanyak 38 persen pada 2050. "Dalam kurun waktu 25 tahun, penggunaan EBT akan menyuplai 169 gigawatt."
Saat ini pemerintah menargetkan pemenuhan pasokan listrik menggunakan pembangkit EBT sebanyak 45 megawatt. Penggunaan energi terbarukan dibidik dapat berdampak signifikan untuk mengurangi emisi karbon. Target pemerintah mengurangi emisi karbon sebesar 58 persen pada 2050.
Wakil Presiden Swiss Doris Leuthard menjelaskan, selama ini, kerja sama Indonesia dengan negaranya berjalan sangat baik. Bahkan, menurut dia, berbagai kerja sama itu telah mencatatkan angka perdagangan yang signifikan. "Selama ini, nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 2 miliar."
Doris juga melirik untuk menjalin kerja sama di sektor transportasi. Selain itu, pihaknya siap membantu Indonesia dalam menyediakan suplai air bersih. Nantinya kerja sama ini akan ditindaklanjuti sesuai dengan sektor masing-masing.
AVIT HIDAYAT