TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan penurunan harga bahan bakar minyak bersubsidi sebenarnya bisa lebih besar dari Rp 200-400. Namun pemerintah menahan untuk berjaga-jaga saat kenaikan minyak dunia terjadi.
"Kalau mengikuti harga keekonomian, turunnya jauh sekali. Cukup signifikan," kata Sudirman seusai acara di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Rabu, 30 Maret 2016.
Namun, Sudirman mengatakan, pemerintah menjaga sebagian selisih penurunan harga minyak dunia. "Sebagian disimpan. Nanti, kalau ada kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga BBM bersubsidi lebih smooth."
Ini dilakukan, Sudirman menjelaskan, karena pemerintah mempertimbangkan agar turun-naiknya harga BBM bersubsidi tidak terlalu ekstrem. Pemerintah ingin melindungi masyarakat paling bawah dari gonjang-ganjing harga BBM bersubsidi. Sebab, setiap kali ada sedikit saja kenaikan BBM, akan selalu diikuti kenaikan harga pangan dan transportasi. "Yang kena siapa? Masyarakat paling bawah," ujarnya.
Karena itulah, kata Sudirman, pemerintah menjalankan peran agar kanaikan atau penurunan harga BBM bersubsidi tidak terlalu ekstrem (smoothing out). Pemerintah berusaha menemukan pola yang bisa menghindari lompatan yang terlalu besar. "Karena kan prediksi ke depan mungkin ada kenaikan," tuturnya.
Sudirman enggan menyebutkan berapa kisaran penurunan harga BBM bersubsidi, Premium dan solar, pada 1 April. Dia hanya mengatakan pembahasan soal itu akan dilakukan dalam rapat terbatas kabinet di Istana Negara pada pukul 15.00.
"Nanti sore kita lihat," ucapnya. Dia menambahkan, evaluasi harga BBM bersubsidi akan tetap dilakukan secara periodik tiga bulanan.
AMIRULLAH