TEMPO.CO, Banda Aceh - Kementerian Perindustrian mendorong pembangunan industri olahan ikan di Aceh. Potensi ini terlihat dari keberadaan garis pantai yang mencapai 1.660 kilometer dan luas perairan laut 295 ribu kilometer persegi. Menteri Perindustrian Saleh Husin meyakini pengembangan industri olahan ikan memberi nilai tambah bagi masyarakat Aceh.
"Pendapatan yang meningkat dapat dinikmati nelayan, pelaku usaha, tenaga kerja, serta memberi pendapatan bagi daerah," kata Saleh Husin dalam siaran pers saat kunjungan kerjanya di Pelabuhan Perikanan Lampulo Banda Aceh, Ahad, 27 Maret 2016.
Politikus Hanura ini meyakini pengembangan industri perikanan dapat menciptakan pusat pertumbuhan dan pemerataan industri, tidak hanya terpusat di Pulau Jawa. Saleh mencontohkan, selama ini cold storage di Aceh menerima hasil tangkapan nelayan setempat untuk selanjutnya dikirim ke Medan, Sumatera Utara. Kemudian diolah menjadi produk ikan kalengan.
Kepala Bagian Pembelian PT Aceh Lampulo Jaya Bahari Abu Bakar mengatakan ikan dari perairan Aceh beragam dengan tangkapan nelayan yang kontinu. Menurut dia, selain untuk konsumsi lokal, ikan tangkapan dikirim ke Medan dan diekspor. “Kami berminat mengolah di sini, dan salah satu fasilitas pendukung yang kami harapkan adalah ketersediaan air bersih," katanya.
Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Euis Saedah mengatakan pihaknya bakal mendorong pemanfaatan ikan dan hasil laut untuk meningkatkan nilai tambah. Caranya dengan pembinaan dan pendampingan masyarakat pesisir untuk mengolah hasil laut.
"Ibu-ibu di kawasan pesisir dapat dibina dan didampingi memproduksi aneka kerajinan, misalnya yang berbahan baku kerang," ujar Euis. Sektor perikanan terdiri atas penangkapan, budi daya, pengolahan, dan pemasaran hasil perikanan. Selain itu, industri olahan dapat digunakan untuk menyerap tenaga kerja.
ARKHELAUS W.