TEMPO.CO, Yogyakarta- Libur Paskah yang jatuh pada Jumat, 25 Maret 2016 berpengaruh pada tingkat hunian hotel Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencapai hingga 90 persen. Tidak hanya hunian hotel, sejumlah sentra kerajinan juga ramai didatangi pengunjung.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia DIY, Istijab Danunagoro mengatakan kamar-kamar hotel terisi sejak Kamis, 24 Maret 2016. Puncak hunian terjadi pada Jumat hingga Ahad. Hotel berbintang terisi 90 persen, sedangkan hotel non-bintang terisi 70 persen.
Mereka yang menginap berasal dari berbagai daerah. Di antaranya Sumatera, Jakarta, Bandung, dan Semarang. “Selain keluarga, tamu yang menginap adalah rombongan siswa sekolah yang memanfaatkan waktu libur panjang,” kata Istijab, Ahad, 27 Maret 2016.
Istijab menghitung rata-rata setiap hotel berbintang menampung 250-300 tamu. Hotel-hotel di kawasan Malioboro dan Mangkubumi penuh tamu. Jumlah hotel berbintang di Yogyakarta saat ini mencapai 1.100 hotel dengan total jumlah kamar 23 ribu. Sedangkan, jumlah hotel-non bintang sebanyak 13 ribu. Terdiri dari losmen dan hotel melati yang tersebar di kawasan Parangtritis dan kawasan wisata Kaliurang.
Selain menambah tingkat hunian hotel, libur Paskah berdampak pada bisnis kuliner, rental kendaraan, dan perajin. Di sentra kerajinan gerabah Kasongan, Bantul, sejumlah toko yang menjual beragam kerajinan didatangi banyak pengunjung. Mereka kebanyakan menggunakan mobil berpelat Jakarta. Ada juga rombongan pengunjung yang menggunakan bus pariwisata.
Pengunjung rata-rata membeli suvenir Kasongan. Perajin Kasongan, Murjinah mengatakan, pengunjung membeli hiasan rumah dan vas bunga. “Ada kenaikan ketimbang hari biasa. Tapi, tidak sebanyak libur Natal dan Lebaran,” kata Murjinah.
Pengunjung Kasongan datang dari Jakarta, Bandung, Magelang, Solo, dan Surabaya. Harga suvenir bervariasi, mulai dari Rp 5 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Sentra kerajinan Kasongan saat ini memiliki setidaknya 100 industri kerajinan rumahan.
Produk yang diekspor di antaranya adalah vas bunga, guci, patung, lampu, dan tempat duduk. Gerabah produksi Kasongan sebagian besar diekspor ke Australia, Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Jerman, dan Spanyol.
Penjualan sentra kerajinan benda-benda rohani di Dusun Ganjuran, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul juga meningkat. Pemilik kerajinan rohani, Sri Joko Utomo mengatakan pendapatan naik 20 persen dari pendapatan per hari pada hari biasa Rp 700 ribu- Rp 1 juta. Pembeli kebanyakan toko grosir dari banyak daerah seperti Jakarta dan Salatiga, Jawa Tengah. Mereka banyak membeli corpus dan suvenir berupa salib.
SHINTA MAHARANI