TEMPO.CO, Cirebon - Sebuah tongkang batu bara yang tengah bongkar harus diusir dari dermaga Pelabuhan Cirebon. 4 tongkang lainnya juga diminta untuk pindah ke pelabuhan lain.
Hal tersebut diungkapkan Iman Wahyu, Asisten GM Pengendalian Kinerja dan PFSO PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon, Sabtu, 26 Maret 2016. "Tepat pukul 00.00 WIB semalam, bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon dihentikan," kata Iman.
Saat itu di dermaga masih ada satu tongkang yang tengah bongkar batu bara. Sekalipun belum semua batu bara berpindah dari tongkang ke atas truk, kegiatan bongkar tetap dihentikan. Tongkang yang belum selesai bongkar itu pun langsung diminta untuk menjauh dari dermaga.
Tidak hanya itu, di jarak sekitar 3 mil laut dari dermaga, masih ada 4 tongkang yang menunggu untuk bisa bersandar di dermaga Pelabuhan Cirebon. "Tapi tongkang tersebut kami minta untuk mencari pelabuhan alternatif lain," kata Iman.
Hari ini, lanjut Iman, hanya ada satu kapal bermuatan pasir kwarsa yang tengah bongkar di Dermaga Muara Jati 1. Selain itu ada juga satu kapal yang akan melakukan muatan batu alam di dermaga pelita.
Sementara itu berdasarkan pantauan, dermaga Muara Jati 1 di Pelabuhan Cirebon yang biasanya ramai dengan jejeran tongkang batu bara kini tidak terlihat satu pun tongkang batu bara yang bersandar.
Sementara itu Manajer Operasional PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon, Yossianus Marciano, menambahkan jika terkait dengan revisi analisis dampak lingkungan (amdal) yang diminta oleh Dirjen Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan, hingga kini mereka pun masih bingung. "Karena hingga kini Rencana Induk Pelabuhan (RIP) belum disetujui," kata Yosi. Padahal revisi amdal baru bisa dilakukan jika RIP sudah disetujui. Saat ini, lanjut Yosi, Pelabuhan Cirebon sudah memiliki amdal. Namun untuk merevisi, terlebih dulu harus ada RIP yang sudah disetujui.
Dalam rencana pengembangan Pelabuhan Cirebon, nantinya akan dibangun khusus dermaga batu bara. Jaraknya 1 mil dari dermaga yang ada saat ini. Sehingga debu batu bara pun tidak akan sampai beterbangan ke pemukiman penduduk. "Dulunya pelabuhan Cirebon memang tidak dirancang untuk pelabuhan batu bara," kata Yosi.
Namun jika bongkar batu bara tidak diizinkan lagi di Pelabuhan Cirebon, maka pengembangan pelabuhan pun terancam. Karena, lanjut Yosi tidak mungkin membangun pelabuhan jika komoditas andalannya justru dilarang untuk bongkar di pelabuhan tersebut. Padahal menurut Yosi sudah ada 4 investor asing yang tertarik untuk berinvestasi dan menanamkan modal untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon.
"Saat ini kami sudah melakukan berbagai langkah untuk meminimalkan debu," kata Yosi. Tapi karena keputusan penutupan merupakan keputusan pemerintah pusat, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa.
IVANSYAH