TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sunarso mengatakan suku bunga perbankan Indonesia masih tinggi. Dia menilai, perlu sinergi perbankan dan institusi keuangan lainnya untuk menurunkan suku bunga.
"Enggak bisa satu sisi disuruh turun, tapi yang lain punya target sendiri-sendiri," kata Sunarso saat ditemui seusai diskusi Sinergi Perbankan dan Jasa Keuangan Indonesia Pasca-MEA di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis, 24 Maret 2016.
Menurut Sunarso, faktor yang menentukan suku bunga kredit adalah cost of fund, operational cost, dan credit risk, yang mempengaruhi nett performing loan atau cost of credit. "Cost of fund dan credit risk itu yang kami ajak ramai-ramai. Bukan kartel, tapi dalam rangka kesepakatan yang baik untuk menekan suku bunga," ujarnya.
Baca juga: Di Balik Ribut-ribut Sudirman Said Versus Rizal Ramli
Sunarso berujar, BRI akan mengajak semua perbankan dan institusi keuangan lainnya, yang terkait dengan pembentukan harga bunga kredit, menurunkan suku bunganya. "Tanpa rugi, tanpa harus mengorbankan. Tapi (untuk) hal-hal yang harus diefisienkan, ya kami efisienkan."
Efisiensi tersebut, menurut Sunarso, dapat dilakukan dengan menekan biaya operasional. Selain itu, penggunaan teknologi untuk merespons kebutuhan pembukaan jaringan yang luas dapat menurunkan biaya operasional. "Dan akhirnya menurunkan suku bunga kredit," tuturnya.
Menurut Sunarso, BRI telah menyiapkan diri, baik dalam hal teknologi, model bisnis, maupun proses bisnis, untuk menuju ke tingkat efisiensi tertentu. "Sehingga suku bunga kredit single digit bukan sesuatu yang tidak mungkin. Tinggal masalah waktu saja," katanya.
Saat ini, kata Sunarso, BRI tengah menggodog cara menurunkan suku bunga kredit ke single digit. "Apakah sendiri-sendiri atau bersama-sama secara masif? Apakah secara drastis atau gradual? Kalau gradual, butuh waktu berapa lama?"
ANGELINA ANJAR SAWITRI