TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi,21 Maret 2016, bergerak melemah 15 poin menjadi 13.125 per dolar Amerika Serikat dibanding sebelumnya di posisi 13.110 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah bergerak melemah setelah penguatan yang cukup tinggi pada pekan lalu. Sebagian pelaku pasar uang mengambil kesempatan untuk melakukan aksi ambil untung," kata analis dari NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada.
Meski demikian, menurut dia, peluang kenaikan rupiah terhadap dolar Amerika masih terbuka, mengingat laju dolar AS di kawasan Asia masih berada dalam tren pelemahan. "Sentimen dari dalam negeri masih mendukung dengan sejumlah data yang dirilis serta dampak kebijakan-kebijakan pemerintah yang akan terasa tahun ini," ucapnya.
Ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, menyatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika karena komentar Bank Indonesia yang akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelonggaran moneter.
"Kondisi itu memberi kemungkinan Bank Indonesia akan membatasi penurunan suku bunga ke depan. BI juga memperkirakan inflasi Maret 2016 akan naik ke 4,5 persen secara tahunan akibat bahan makanan," ujarnya.
Ia mengharapkan rencana pemangkasan harga bahan bakar minyak pada akhir Maret ini dapat menjaga ekspektasi inflasi 2016 tetap rendah, sehingga ruang pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) kembali terbuka. Saat ini BI Rate berada pada posisi 6,75 persen.
"Sentimen pelemahan rupiah diperkirakan bersifat jangka pendek," katanya.
ANTARA