TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia menguat dua hari berturut-turut pada Jumat pagi, 18 Maret 2016. Harga minyak bertengger di atas US$ 40 per barel untuk pertama kalinya dalam tahun ini.
Harga minyak terangkat oleh penurunan tajam dolar Amerika Serikat dan munculnya kembali optimisme bahwa produsen-produsen utama akan mencapai kesepakatan pada bulan depan untuk membekukan tingkat produksi mereka.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melonjak US$ 1,74 (4,5 persen) menjadi berakhir di US$ 40,2 per barel di New York Mercantile Exchange. Ini adalah pertama kalinya WTI ditutup di atas US$ 40 sejak 3 Desember tahun lalu.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei stabil pada harga US$ 41,54 per barel, naik US$ 1,21 (3 persen) dari penutupan Rabu.
Bob Yawger dari Mizuho Securities USA mengatakan pendorong reli ini adalah sinyal kebijakan Federal Reserve AS pada Rabu, yang mempertimbangkan kembali untuk menaikkan suku bunga bank sentral AS selanjutnya.
Langkah The Fed itu mengirim dolar AS berada pada posisi lebih rendah terhadap mata uang utama lainnya untuk hari kedua berturut-turut, mengangkat harga minyak mentah.
"Dolar yang melemah hari ini berkorelasi terbalik dengan minyak mentah. Minyak mentah akan reli," kata Yawger. Pelemahan dolar membuat minyak mentah yang diperdagangkan dalam dolar AS lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Penurunan produksi AS juga mendukung pasar kenaikan ini. Produksi minyak mentah negara itu berkurang 10 ribu barel menjadi 9,068 juta barel per hari pada pekan lalu, menurut laporan mingguan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis Rabu.
Di sisi lain, stok minyak mentah AS meningkat kurang dari yang diharapkan. Persediaan minyak mentah pekan lalu naik 1,3 juta barel menjadi 523,2 juta barel atau 64,7 juta barel lebih besar dari satu tahun sebelumnya.
Sementara itu, prospek pembicaraan pembekuan produksi pada 17 April antara produsen OPEC dan non-OPEC terus mendukung pasar. Namun bank-bank sentral juga memainkan peran, kata Matt Smith, dari ClipperData.
Produsen minyak telah memainkan peran mereka dalam memicu kenaikan cepat minyak mentah. Begitu pula bank-bank sentral banyak berkontribusi terhadap reli dengan menerapkan suku bunga negatif, pemberian stimulus, dan kebijakan moneter akomodatif.
ANTARA