TEMPO.CO, Banda Aceh - "Lakukan segala hal dengan hati. Kesuksesan itu akan datang sendiri," begitu Tri Mumpuni, pemenang Ramon Magsaysay Award 2011 ini memberi wejangan kepada 300 mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Kamis, 17 Maret 2016.
Juri Satu Indonesia Awards ini datang ke Banda Aceh untuk menceritakan pengalamannya saat membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro di 60 lokasi terpencil di Indonesia yang belum terjangkau listrik PLN.
Menurut Puni, sebelum datang mengusulkan pembangunan turbin air sebagai sumber listrik di sebuah desa, ia lebih dulu menghabiskan waktu berbulan-bulan menginap di desa tersebut. Hal ini dilakukannya untuk mengerti dan memahami secara langsung budaya dan masalah yang menjadi persoalan di desa itu. "Kita tidak bisa tiba-tiba datang bangun ini itu di desa. Tapi datang dengan hati, pahami masalah mereka. Nah, dari situ muncul ide-ide yang bisa kita kembangkan," katanya.
Puni tak sendiri datang menginspirasi. Bersama Noviyanto, penggagas pabrik keju Indrakilla dari Boyolali, Jawa Tengah, mereka datang ke Banda Aceh untuk menginspirasi pemuda kota ini untuk berbuat sesuatu bagi negeri, baik di bidang lingkungan, pendidikan, teknologi, kesehatan, dan kewirausahaan.
Kontribusi positif anak-anak muda di bidang tersebut bisa dilombakan di Satu Indonesia Awards yang diselenggarakan PT Astra Internasional Tbk bekerja sama dengan PT Tempo Inti Media Tbk. Banda Aceh menjadi kota pertama yang dikunjungi untuk menggaungkan semangat Satu Indonesia Awards. Noviyanto adalah pemenang penghargaan itu pada 2012.
Siang itu, Noviyanto bercerita pentingnya ilmu kepepet. "Kepepet itu trigger paling dasar biar kreatif," katanya. Menurutnya, saat memulai pabrik keju Indrakilla pada 2008, ia juga kepepet. "Saya umur 30 enggak punya kerja. Sedangkan orang tua saya mau saya jadi pegawai. Saya enggak mau, lalu saya cari peluang di sekitar saya."
Saat itu, ia melihat peluang peternak sapi perah di kampungnya yang hanya menjual susu ke kota-kota besar. Noviyanto mengusulkan agar susu bisa diolah langsung di Boyolali menjadi keju atau produk sejenisnya. Hasilnya, peternak sapi lebih sejahtera karena ada nilai tambah produk.
Ide-ide kreatif yang memberdayakan masyarakat semacam inilah yang dicari Satu Indonesia Awards. Noviyanto mencontohkan kearifan lokal sangat mungkin menjadi peluang wirausaha. Termasuk di Aceh yang menerapkan syariat Islam.
"Saya dikasih tahu bahwa pantai-pantai di Aceh enggak boleh dikelola investor luar. Di sini ada peluang kita bikin community based tourism. Saya yakin orang-orang luar itu sangat tertarik melihat bagaimana sih syariat di sini. Oh ternyata enggak boleh ada kegiatan di pantai lewat dari jam enam. Harus ikut pengajian di mesjid. Nah, ini jadi peluang pemuda menjual kearifan lokal itu sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar," katanya.
Satu Indonesia Awards adalah ajang pemberian penghargaan bagi generasi muda Indonesia yang memberi kontribusi positif dan berdampak nyata di lingkungan sekitar. Pemenang akan mendapatkan hadiah sebesar Rp 55 juta.
Syarat peserta berusia maksimal 35 tahun, program dikerjakan individu atau kelompok (minimal tiga orang), dan kegiatan telah berlangsung minimal satu tahun. Pendaftaran peserta dibuka 8 Maret-8 Agustus 2016, bisa dilakukan melalui website www.satu-indonesia.com.
Head of Public Relations Astra Internasional Yulian Warman yakin Banda Aceh memiliki banyak wirausahawan inspiratif yang belum terpublikasi. "Apalagi setelah banyak musibah yang terjadi di kota ini. Pasti banyak yang bikin usaha kreatif," katanya. Karena itu, tim Satu Indonesia Awards mendatangi kota ini untuk menjemput bola.
Setelah Banda Aceh, tim Satu Indonesia Awards akan keliling ke kota lain seperti Palangkaraya, Balikpapan, hingga Sorong, Papua Barat.
INDRI MAULIDAR