TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia merosot kembali untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa atau Rabu pagi, 16 Maret 2016, WIB karena harapan memudar bahwa produsen minyak mentah utama akan mempertahankan tingkat produksinya guna meringankan surplus global.
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 84 sen menjadi 36,34 dolar Amerika per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei turun 79 sen menjadi 38,74 dolar Amerika per barel di perdagangan London.
Harga minyak mentah terangkat naik dari posisi terendah pada Januari lalu, dibantu oleh pembicaraan tentang pembekuan produksi yang dipimpin Rusia dan Arab Saudi. Namun, minggu ini, harapan mereka telah berpaling ke skeptisisme.
"Harga minyak mentah Brent telah jatuh dalam empat hari dari enam hari terakhir, pergerakan terburuk dalam tiga minggu, karena peluang pembekuan produksi bersama antara OPEC dan produsen non-OPEC menjadi lebih jauh, sementara Iran menggenjot produksinya secara signifikan pada bulan lalu," kata analis dari CMC Markets, Jasper Lawler.
Sebuah pertemuan yang diusulkan Rusia dan Arab Saudi untuk membahas batas-batas produksi telah didorong kembali ke April dari 20 Maret.
Tim Evans dari Citi Futures menuturkan penurunan di pasar mencerminkan "pengakuan lebih luas bahwa pembekuan produksi yang diusulkan produsen utama OPEC dan non-OPEC lebih menunjukkan status quo daripada perubahan dukungan".
"Pertemuan mungkin dapat dilakukan pada April, tapi kita tidak akan terkejut jika kampanye untuk pertemuan malah tidak segera beralih ke upaya lobi menargetkan KTT OPEC yang dijadwalkan 2 Juni," ucap Evans.
Investor juga sedang menunggu laporan mingguan resmi Amerika tentang persediaan minyak bumi pada Rabu, 16 Maret 2016, dengan perkiraan akan ada peningkatan dalam stok minyak mentah komersial yang sudah melonjak.
ANTARA