TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Asmawi Syam mengatakan pihaknya bisa menjamin kredit yang disalurkan tepat sasaran. "Pinjaman itu diberikan sesuai dengan analisis risk assessment berlapis," kata Asmawi saat ditemui di kompleks DPR, Selasa, 15 Maret 2016.
Ketika dimintai tanggapan tentang pernyataan anggota DPR yang mengatakan ada transaksi tak lazim dalam penyaluran kredit dari bank-bank badan usaha milik negara, termasuk bank yang ia pimpin, Asmawi menolak berkomentar. "Jangan, saya enggak bisa berkomentar."
Sebelumnya, Asmawi mengatakan pinjaman dari Bank Pembangunan Cina (CDB) digunakan untuk kepentingan pembangunan Indonesia. Dana itu bisa digunakan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur atau mendorong komoditas ekspor agar semakin baik.
Dalam rapat dengar pendapat yang berlangsung antara Komisi XI DPR dan jajaran manajemen Bank BRI, Bank Mandiri, serta Bank BNI, salah satu poin pembahasannya adalah penyaluran kredit yang menggunakan pinjaman dari Bank Pembangunan Cina.
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Kardaya Warnika, mengatakan ada sesuatu yang tak lazim dalam penyaluran kredit yang dilakukan bank-bank BUMN saat menerima dana dari Bank Pembangunan Cina. Hal yang tak lazim ini ialah pinjaman yang begitu besar bisa terealisasi dalam waktu singkat.
Bank Pembangunan Cina memberikan pinjaman kepada Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bank BNI sebesar US$ 3 miliar. Kucuran dana ini rencananya digunakan untuk pembangunan sektor infrastruktur, energi, dan hal-hal yang bisa meningkatkan hubungan baik antara Cina dan Indonesia.
DIKO OKTARA