TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Negara Indonesia Achmad Baiquni mengatakan sangat kecil kemungkinan bank-bank BUMN tak bisa mengembalikan pinjaman dari Bank Pembangunan Cina (CDB). "Kemungkinannya kecil jika dibandingkan dengan total aset," katanya dalam rapat dengar pendapat di Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa, 15 Maret 2016.
Baiquni menjelaskan, pinjaman yang diberikan CDB kepada BNI, jika dipersentasekan, hanya sekitar 2,9 persen dari total aset bank itu yang berjumlah Rp 478,7 triliun. Sedangkan aset dari bank BUMN lain, seperti BRI, yang berjumlah Rp 845,9 triliun, jika dipersentasekan, hanya 1,4 persen dari total aset.
Baiquni mengungkapkan, salah satu tujuan meminjam kepada CDB sebesar US$ 3 miliar adalah mendanai proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan pemerintah. "Untuk memperkuat sektor infrastruktur," ujarnya.
Namun, menurut Baiquni, penggunaan kredit untuk luar sektor infrastruktur juga dimungkinkan. Misalnya untuk industri. "Dalam penyaluran kredit, kami mengedepankan SOP (prosedur operasional standar) dan prinsip kehati-hatian."
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, dalam menyalurkan kredit, bank cenderung memilih nasabah-nasabah yang memiliki risiko kecil, terutama nasabah yang lama. "Nantinya akan mengerucut ke beberapa nama saja," ucapnya.
Selain itu, Budi menjelaskan, Bank Mandiri menekankan penyaluran kredit ke sektor infrastruktur. Meski seharusnya juga bisa disalurkan ke sektor lain, seperti industri dan perdagangan. "Kredit CDB untuk tiga hal, industri, infrastruktur, dan perdagangan, sebenarnya itu."
DIKO OKTARA