TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank BNI Tbk (BBNI) Ahmad Baiquni, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi G. Sadikin, dan Direktur Utama PT BRI Tbk (BBRI) Asmawi Syam memenuhi panggilan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat untuk menjelaskan dana yang mereka pinjam dari China Development Bank (CDB) senilai total US$ 3 miliar atau sekitar Rp 40 triliun.
Masing-masing bank tersebut mendapat dana US$ 1 miliar dengan bunga yang berbeda-beda karena pecahan nominal yang didapat ketiganya pun berbeda. Namun, ketiganya memiliki tenor yang sama, yakni 10 tahun.
“Bunga yang diberikan 3,4 persen dengan grace period tiga tahun,” ujar Asmawi saat rapat dengar pendapat di kompleks parlemen Senayan, Senin, 14 Maret 2016. Menurut Asmawi, bunga tersebut termasuk yang paling murah saat ini dibandingkan obligasi internasional yang terbit sepekan lalu sebesar 4,7 persen.
BRI berencana menggunakan pinjaman itu untuk kredit komersial dengan dengan fokus segmen badan usaha milik negara, terutama pada pembiayaan infrastruktur. Sedangkan pinjaman untuk Mandiri, kata Budi, dibagi atas dua mata uang yakni US$ 700 juta dan 300 juta yuan. Budi berujar, untuk bunga, masing-masing mendapat 2,85 persen dan 3,3 persen.
“Masih lebih rendah dibandingkan rata-rata bunga sebelumnya 5,61 persen,” ucap Budi. Dia mengimbuhkan, peminjaman dana dilakukan karena kebutuhan pembangunan infrastruktur di dalam negeri sangat besar, sementara likuiditas perbankan untuk penyaluran kredit sangat terbatas.
"Di Mandiri lebih dari 50 persen kredit di atas setahun dan ini berisiko. Mismatch (ketidaksesuaian jatuh tempo) antara dana pihak ketiga dan kredit sangat besar, maka kami pinjam ke CDB," kata Budi. Dia menambahkan, bila dana tersebut tiba-tiba ditarik, maka risiko yang membelit akan lebih sebesar lagi.
Sementara, Bank BNI menerima pinjaman dengan komposisi 70 persen dalam dolar Amerika Serikat dan 30 persen dalam yuan. Bunga untuk masing-masing mata uang adalah 2,85 persen dan 3,3 persen. "Kami memiliki porsi untuk dolar dan yuan," ujar Baiquni.
BNI berencana menggunakan pinjaman tersebut untuk pembangunan infrastruktur pemerintah, berupa pembangunan proyek tenaga listrik, infrastruktur, dan infrastruktur pelabuhan laut.
BAGUS PRASETIYO