TEMPO.CO, Jakarta - Anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang mengurusi pembelian minyak dan gas bumi, Pertamina Integrated Supply Chain (ISC), membidik tujuh negara sebagai sumber minyak dan gas bumi.
"Kami berharap pasokan dari ketujuh negara itu sudah bisa masuk pada awal semester kedua 2016," kata Vice President Pertamina ISC Crude Product Trading & Commercial Hasto Wibowo di kantor pusat Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 11 Maret 2016.
Ketujuh negara itu adalah Azerbaijan, Angola, Irak, Iran, Libya, Nigeria, dan Russia. "Yang sudah deal baru Azerbaijan, itu pun karena negara tersebut sudah memasok minyak ke Pertamina sejak dulu," ujarnya.
Volume minyak dari negara pecahan Uni Soviet itu mencapai 950 ribu barel per bulan.
Model bisnis yang digunakan untuk mendatangkan minyak dan gas dari negara-negara itu adalah business to business antara Pertamina dan perusahaan minyak milik negara setempat.
"Kecuali Angola, ini lewat skema antarpemerintah, kami dibantu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral," tuturnya.
Dua negara lain yang hampir memberikan kepastian adalah Irak dan Iran. Dari Irak, Pertamina menargetkan bisa membeli minyak mentah sebanyak 700 ribu barel per bulan. Pengolahannya untuk menjadi bahan bakar minyak jenis Premium dan akan dilakukan di kilang di negara lain. "Kami hanya bayar ongkosnya."
Cara ini dipilih karena kapasitas delapan kilang Pertamina di Tanah Air sudah penuh. Hasto menjamin, meski pengolahan dilakukan di kilang lain, harganya tetap memenuhi syarat keekonomian. Salah satu kilang yang diincar berlokasi di India.
Sedangkan untuk Iran, Pertamina mengincar pembelian gas bahan baku elpiji. Pada Juli mendatang, ada kemungkinan Iran memiliki cadangan gas sebanyak 1 juta metrik ton. "Kami akan ambil sekitar 132 ribu metrik ton untuk memenuhi kebutuhan saat konsumsi elpiji naik, seperti menjelang Lebaran."
Pembelian minyak dan gas dari sumber baru ini merupakan satu dari empat strategi Pertamina ISC pada 2016 untuk meningkatkan efisiensi.
PRAGA UTAMA