TEMPO.CO, Yogyakarta - Harga cabai rawit merah dan bawang merah yang melonjak terus sejak awal Maret membuat linglung pedagang makanan di Yogyakarta. “Dagangan saya sangat bergantung dengan cabai merah,” ujar Witarti, 50, penjual gado-gado dan lotek di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat 11 Maret 2016.
Rata-rata harga cabai rawit merah di beberapa pasar di Yogyakarta, seperti Pasar Kranggan, Demangan, dan Beringharjo lebih dari Rp 45 rimbu per kilogram kemarin. Kenaikan yang signifikan ketimbang satu hari sebelumnya Rp 37 ribu-an per kilogram, apalagi jika dibandingkan dengan harga pada awal Maret sebesar Rp 31 ribuaan per kilogram.
Witarti mengatakan, pembeli loteknya kerap meminta lima cabai untuk lotek yang mereka pesan. Bahkan bagi penggila rasa pedas ada yang minta 10 cabai hanya untuk satu porsi lotek. "Kalau mau dibatasi ya tidak mungkin, paling saya hanya mengeluh ke pembeli kalau cabai mahal tetapi tidak bisa mengurangi jumlah permintaan cabai," tuturnya.
Satu kilogram cabai rawit biasanya habis dalam satu atau dua hari, sehingga kenaikan harga cabai juga mempengaruhi omzet penjualannya. Witarti menyebutkan, kenaikan harga cabai diprediksi mengurangi omzetnya 15-20 persen.
Kenaikan juga terjadi pada harga bawang merah kemarin sebesar Rp 3.000 per kilogram dibandingkan sehari sebelumnya, yakni dari Rp 32 ribu menjadi Rp 35 ribu. Padahal pada awal Maret masih di kisaran Rp 30 ribu per kilogram.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta, Eko Witoyo, mengatakan melonjaknya harga cabai merah dan cabai rawit berkaitan dengan produktivitas. Menurut dia, selama ini cabai asal Yogyakarta justru dilempar ke daerah lain, sedang konsumsi lokal malah bergantung pada pasokan cabai dari daerah di sekitar Jawa Tengah.
Iklan
“Seharusnya persoalan ini bisa diselesaikan dengan operasi pasar, tetapi kami terbatas dalam anggaran dan berharap Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 yang mengatur soal 11 komoditas yang diambil alih oleh Bulog segera diimplementasikan,” kata Eko.
Produksi dan kebutuhan cabai di Yogyakarta dianggapnya sulit terukur karena penyebarannya meluas. Produksi cabai di Yogyakarta (pada 2014 sebesar 20.927 ton) tak hanya dikonsumsi penduduk lokal, tapi juga dilempar ke luar Yogyakarta (3.916 ton). Anehnya, Yogyakarta juga memasukkan cabai dari luar Yogyakarta (10.251 ton).
SWITZY SABANDAR