TEMPO.CO, Klaten - Sebagian petani di Kabupaten Klaten mulai merasakan manfaat pentingnya menjadi peserta Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Sekitar 150 petani dari 10 kelompok tani di Kecamatan Karangdowo yang terancam gagal panen akibat terendam banjir mendapat klaim AUTP dengan jumlah total Rp 170,274 juta pada Jumat, 11 Maret 2016.
“Klaim sebesar itu untuk sawah seluas 28,379 hektare yang sempat terendam banjir pada Februari lalu,” kata Kepala Dinas Pertanian Klaten Wahyu Prasetyo seusai menyerahkan klaim AUTP kepada para petani di kantornya. Wahyu mengatakan, para petani di 10 kelompok tani itu menjadi peserta AUTP sejak masa tanam pertama, Oktober-November 2015.
AUTP diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2015. AUTP dikelola PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), Badan Usaha Milik Negara di bidang asuransi. Pada awal masa tanam pertama (MT 1), sebanyak tujuh daerah di eks-Karesidenan Surakarta masing-masing mendapat kuota 21.000 hektare lahan untuk diasuransikan.
Namun, baru 5.635 hektare lahan dari total 33.000 hektare lahan di Klaten yang diasuransikan. Jumlah peserta AUTP di Klaten sekitar 25.000 petani. Menurut Wahyu, AUTP melindungi para petani dari ancaman gagal panen akibat bencana seperti banjir, kekeringan, hingga serangan hama.
Sejatinya, premi yang musti dibayarkan untuk tiap musim tanam sebesar Rp 180.000 per hektare. Karena pemerintah memberikan subsidi sebesar 80 persen, petani cukup membayar premi Rp 36.000 per hektare tiap musim tanam. Jika peserta AUTP mengalami gagal panen, PT Jasindo akan membayar ganti rugi sebesar Rp 6 juta per hektare.
Lantaran mayoritas petani di Klaten hanya memiliki lahan sekitar 2.500 meter persegi, maka premi yang dibayarkan hanya Rp 9.000 per musim tanam dan ganti ruginya sebesar Rp 1,5 juta. Asuransi pertanian bisa diakses seluruh petani yang menggarap lahan pribadi maupun lahan sewa.
Kepala PT Jasindo eks Karesidenan Surakarta, Aryo Yudha Prakoso, mengatakan klaim AUTP hanya bisa dicairkan jika kerusakan sawahnya minimal 70 persen dan luas maksimal dua hektare. “Kami menargetkan tahun ini jumlah peserta AUTP bisa meningkat tiga kali lipat dibandingkan pada awal masa tanam pertama,” kata Aryo.
Menurut Mantri Tani Kecamatan Karangdowo, Sri Urip, total luas sawah di Karangdowo sekitar 2.053 hektare. Pada awal Februari lalu, sekitar 300 hektare sawah di Karangdowo terendam banjir selama beberapa hari sehingga terancam puso (gagal panen). “Sebab, tanaman padi di sawah yang terendam banjir itu baru berumur sekitar 50 hari,” kata Sri.
Dengan adanya progam AUTP, Sri berujar, para petani di Karangdowo cukup terbantu karena bisa menjadi modal untuk menanam padi lagi di musim berikutnya. “Di Karangdowo, petani yang menjadi peserta AUTP tersebar di tujuh desa,” ujar Sri.
DINDA LEO LISTY