TEMPO.CO, Jakarta - Kesepakatan tiga negara, yakni Indonesia, Thailand, dan Malaysia, mengurangi ekspor karet sudah mulai berjalan. Di Indonesia, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menyatakan anggotanya telah mulai mengurangi ekspor. “Kami telah melaksanakan pengurangan ekspor karet remah (crumb rubber) selama sepekan, sesuai dengan ketentuan,” kata Direktur Eksekutif Gapkindo Suharto Honggokusumo di Jakarta, Kamis, 10 Maret 2016.
Suharto menyatakan Gapkindo merupakan mitra pemerintah dalam melaksanakan kesepakatan International Tripartite Rubber Council (ITRC). “Gapkindo telah mengorganisasi anggotanya dan mengalokasikan volume ekspor setiap anggotanya dengan penuh tanggung jawab,” kata Suharto. Meski ia tak merinci target pengurangan ekspor untuk tiap perusahaan anggotanya tersebut.
Menurut Suharto, pengurangan ekspor karet kali ini merupakan yang keempat. Sebelumnya, kesepakatan yang sama pernah dilakukan pada 2002, 2009, dan 2012. Tujuannya sama: mendongkrak harga karet di pasar global.
Di Indonesia, menurut Suharto, pemerintah melalui Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan juga akan mengontrol pengurangan ekspor anggota Gaikindo. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya sesuai dengan kesepakatan dengan Thailand dan Malaysia dalam forum ITRC.
Sebelumnya, pada 4 Februari 2016, ITRC berkomitmen memangkas ekspor karet sebesar 615 ribu ton selama kurun waktu 1 Maret-31 Agustus 2016. Di antara ketiga negara anggota ITRC, Thailand berkomitmen mengurangi ekspor karet paling besar, yakni 324.025, ton pada periode yang disepakati. Sedangkan Indonesia akan memangkas ekspor sebesar 238.736 ton dan Malaysia 52.249 ton.
Sebelumnya, pada Januari-November 2015, ekspor karet alam Indonesia mencapai 2,4 juta ton, sehingga hingga akhir tahun jumlahnya diperkirakan bisa mencapai 2,6 juta ton. Karet yang tidak diekspor nantinya diupayakan untuk bisa terserap di dalam negeri, termasuk untuk proyek infrastruktur. “Pemerintah telah berjanji mengupayakan perbaikan harga guna membantu perbaikan kondisi petani karet,” tutur Suharto.
PINGIT ARIA