TEMPO.CO, Jakarta - Melchias M. Mekeng, Ketua Indonesia Money Broker Association (INAMBA), mengatakan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat merupakan tanda pasar Indonesia membaik. Ia menilai pasar Indonesia cukup menarik.
Menurut Melchias, salah satu pendorong penguatan rupiah adalah adanya transaksi dolar di Indonesia. Hingga pagi tadi, ada sekitar Rp 3-5 triliun dana di pasar modal yang melakukan penjualan dolar. "Asing itu menjual dolarnya untuk modal kerja atau ada uang asing dari luar dan membeli saham di Indonesia," kata Melchias di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 7 Maret 2016.
Dari sisi arbitrase, suka bunga di Indonesia dibandingkan dengan di negara lain cukup bagus. "Di Amerika, bunga paling 0,25 persen. Di sini masih bisa dapat 7 persen," kata Melchias.
Melchias menambahkan, penguatan rupiah masih mungkin terus terjadi. "Kecuali ada satu kejadian yang luar biasa, rupiah bisa naik lagi." katanya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan laju rupiah masih bertahan di zona hijau. Aksi beli terhadap rupiah masih bertahan merespons pergerakan laju harga minyak mentah dunia yang naik.
"Rupiah memperoleh amunisi dari BPS yang menyebutkan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,09 persen sepanjang Februari 2016," kata Reza pada Senin, 7 Maret 2016. Deflasi tersebut mengindikasikan ekonomi domestik stabil disertai fundamental yang kondusif. Tekanan terhadap rupiah pun kian berkurang sehingga dapat melanjutkan pergerakan positifnya.
Laju rupiah pun didorong sentimen dari stabilnya pergerakan yuan setelah kekhawatiran potensi devaluasi mata uang Cina mereda. Para investor kembali tenang terhadap sentimen devaluasi yuan.
Rupiah hari ini dibuka menguat 99 poin atau 0,75 persen ke Rp 13.033 per dolar Amerika Serikat. Rupiah bertahan di zona hijau sejak sepekan lalu.
VINDRY FLORENTIN