TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan Pertamina akan menganggarkan Rp 26 triliun dana untuk membangun pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT). Duit tersebut ditargetkan mampu menambah 1.000 megawatt sumber listrik EBT.
Menurut Dwi, dalam pelaksanaannya nanti, Pertamina akan membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi para investor potensial yang ingin bergabung. "Kami tentu akan proaktif dengan rencana pengembangan EBT," ujarnya di Bandung, Sabtu, 6 Maret 2016. Saat ini, Pertamina sedang menyiapkan enam proyek pembangkit listrik panas bumi atau geotermal. Dalam waktu lima tahun mendatang akan ada 30 proyek serupa.
Tak cuma panas bumi, saat ini Pertamina juga sedang merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 50 megawatt di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Lombok. Menurut dia, hal ini membuktikan bahwa Pertamina tak cuma bergerak dalam bidang minyak dan gas, tapi juga energi hijau.
Bulan lalu, Pertamina baru saja meneken perjanjian jual-beli uap dan listrik panas bumi (geotermal) antara PT dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Kesepakatan itu dilakukan untuk mendorong investasi pembangkit yang bersumber dari panas bumi.
Kesepakatan kontrak baru dan amendemen kontrak mencakup dua pembangkit listrik panas bumi (PLTP) yang dioperasikan PGE, yaitu PLTP Lahedong dan PLTP Kamojang. Untuk amendemen PJBU diperuntukkan bagi suplai uap panas bumi, yaitu PLTP Lahendong Unit 1 hingga Unit 4 yang masing-masing berkapasitas 20 MW.
Selain itu, amendemen dilakukan pada PJBL panas bumi untuk PLTP Kamojang Unit 4 berkapasitas 60 MW dan Kamojang Unit 5 berkapasitas 35 MW. Adapun kontrak baru ditandatangani antara PGE dan Indonesia Power untuk PJBU suplai uap PLTP Kamojang Unit 1 berkapasitas 30 MW, Kamojang Unit 2 berkapasitas 55 MW, dan Kamojang Unit 3 berkapasitas 55 MW.
FAIZ NASHRILLAH