TEMPO.CO, Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menetapkan target pertumbuhan ekspor non-migas tahun 2017 sebesar 10,4 persen, atau senilai US$ 153 miliar. Target tersebut nantinya akan "dibagi-bagi" untuk tiap provinsi. "Itu merupakan pendekatan baru yang Bappenas sedang rumuskan," kata Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Internasional Bappenas Amalia Adininggar di kantornya, Jumat 4 Maret 2016.
Amalia menyatakan, Pemerintah sudah menyiapkan peta jalan alias road map untuk mendongkrak pertumbuhan ekspor non-migas. Salah satu langkah yang akan dilakukan dalam adalah dengan mematok target ekspor nonmigas untuk masing-masing provinsi. "Jadi, setiap pemerintah provinsi dituntut mengejar target pertumbuhan ekspor sesuai dengan potensi ekspornya," ujarnya.
Beberapa provinsi yang menjadi andalan akan dibebankan target yang relatif besar. Misalnya, untuk Jawa Barat target ekspornya dipatok US$ 26,02 miliar, DKI Jakarta US$ 11,94 miliar, Jawa Timur US$ 18,17 miliar dan Jawa Tengah US$ 7,57 miliar.
Amalia menyatakan, penetapan target ekspor tiap daerah ini dilakukan agar kejadian di tahun 2015 lalu tidak terjadi. Pada periode itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor non-migas turun 9,8 persen dari 2014.
Sementara itu, untuk tahun 2016 ini, Bappenas menargetkan pertumbuhan ekspor non-migas dalam rentang antara 4,5-5 persen. "Kami optimis karena ekonomi dunia juga sedang membaik," kata Amalia.
Bagaimanapun, ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih menilai target yang ditetapkan pemerintah masih terlalu tinggi. "Jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, ini lompatannya cukup jauh lho," ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar pemerintah tidak hanya menekan daerah untuk menggenjot ekspor. Peningkatan produksi komoditas ekspor tak akan berarti tanpa permintaan dari negara asing. Pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti Cina dan Amerika Serikat yang melambat harus diperhatikan. "Jadi Pemerintah pusat harus membantu mengembangkan pasar ekspor kita, termasuk di negara-negara non tradisional," katanya.
PINGIT ARIA