TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) untuk beberapa kali tidak banyak menyumbang penurunan inflasi. Kepala BPS DIY Bambang Kristanto mengatakan bahan bakar minyak hanya memberi andil –0,03 persen atas terjadinya deflasi pada Februari 2016. “Kontribusinya sangat kecil,” kata Bambang, Rabu, 2 Maret 2016.
Bambang menyambut baik rencana Pertamina menurunkan harga BBM jenis premium. Bila harga Premium berangsur turun, inflasi bisa ditekan. Sebab, catatan BPS menunjukkan komoditas BBM ini rata-rata menyumbang inflasi dengan porsi yang tinggi selain komoditas beras.
Di Yogyakarta, deflasi terjadi pada Februari karena penurunan harga-harga yang menyebabkan berubahnya angka indeks harga konsumen. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,26 persen. Angka indeks kelompok ini pada Februari 2016 sebesar 117,2 lebih rendah ketimbang Januari yang mencapai 117,5. Subkelompok transportasi turun 0,43 persen.
Pertamina menurunkan harga BBM khusus untuk RON 90, yaitu Pertalite, dan RON 92 Pertamax. Sementara itu, harga BBM jenis premium tetap. Harga baru tersebut mulai berlaku Selasa, 1 Maret 2016, pukul 00.00. Harga masing-masing jenis BBM di masing-masing provinsi turun sekitar Rp 100 hingga Rp 200. Tarif BBM yang baru berlaku sesuai dengan data Pertamina di Yogyakarta, yakni Pertamax Rp 8.050, Pertamax Plus Rp 8.950, dan Pertamina Dex Rp 8.900.
Pertamina (Persero) memasarkan Pertalite, bahan bakar minyak nonsubsidi, di Yogyakarta sejak Agustus 2015. Pertamina optimistis Pertalite akan mengambil alih 30 persen konsumsi premium. Harga promo Pertalite Rp 8.400 per liter. Pertamax waktu itu dijual seharga Rp 9.400 dan premium Rp 7.400 per liter.
Pertamina optimistis Pertalite berangsur-angsur bisa menggeser penggunaan premium. Dia menghitung migrasi dari premium ke Pertalite saat ini mencapai 12 persen. Angka ini dihitung pada SPBU yang menjual Pertalite. Di Jawa dan Bali, Pertalite dipasarkan di 350 SPBU. Sedangkan total SPBU di Jawa dan Bali ada 4.300. Data Pertamina menunjukkan pada libur Natal 2015 dan tahun baru 2016 kebutuhan bahan bakar minyak per hari menjadi 1.536 kiloliter. Di kedua daerah tersebut, terdapat sekitar 95 stasiun pengisian bahan bakar umum yang beroperasi.
SHINTA MAHARANI