TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pelaku industri dari berbagai sektor menyambut baik penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Maret dan April ini. Dengan harga bahan bakar yang murah, ongkos produksi dan biaya lainnya bisa ditekan.
"Kami cukup diuntungkan dengan penurunan harga BBM," kata Sekretaris Jenderal Indonesia Air Carriers Association atau Asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia (INACA) Tengku Burhanuddin, Rabu, 2 Maret 2016.
Biasanya, kata dia, komponen biaya untuk pembelian avtur (bahan bakar pesawat) di setiap maskapai menyita 45-50 persen anggaran operasional. "Kalau harganya murah, persentasenya tentu akan berkurang, sehingga operasional lebih efisien."
Meski begitu, Tengku mengatakan penurunan harga avtur belum tentu langsung berpengaruh terhadap penurunan harga tiket. "Soalnya kan sudah ada batas atas dan batas bawah, maskapai juga punya mekanisme penentuan tarif penerbangan masing-masing."
Selain itu, menurut Tengku, jika penurunan harga bahan bakar ini berlangsung dalam jangka waktu lama, pengaruh terhadap tarif akan terasa. "Yang perlu diperhatikan itu penurunan harga minyaknya akan sampai kapan, kalau sebentar naik lagi, ya, tidak berdampak besar."
Pemerintah dan Pertamina pada akhir Maret ini memang akan kembali mengatur besaran harga BBM jenis premium dan solar. Sejak tahun ini, harga kedua jenis bahan bakar itu memang diatur per tiga bulan. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengisyaratkan harga BBM untuk April akan turun.
Pengaturan harga BBM ini dilakukan berdasarkan pada harga minyak mentah dunia dalam periode tiga bulan sebelumnya. Pada triwulan pertama 2016 ini, harga rata-rata minyak dunia berada di bawah US$ 30 per barel. Ada kemungkinan pada April nanti harga BBM akan turun cukup besar, mencapai Rp 3.000-4.000 per liter.
PRAGA UTAMA