TEMPO.CO, Jakarta - Analis First Asia Capital, David Sutyanto, memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level psikologis 4.800 dengan support di 4.750. "Rendahnya risiko pasar global yang dipicu langkah stimulus sejumlah bank sentral utama dunia dan rally harga komoditas akan kembali mengangkat aksi beli pada perdagangan hari ini." David menyampaikan analisisnya melalui siaran pers pada Rabu, 2 Maret 2016.
IHSG pada perdagangan kemarin bergerak bervariasi dalam rentang terbatas. Setelah bergerak dalam rentang 23 poin, IHSG ditutup menguat tipis sembilan poin di 4.779,985. "Aksi ambil untung mewarnai saham perbankan.” Sedangkan aksi beli melanda saham otomotif, properti, tambang, dan perkebunan.
Dari domestik, pasar merespons positif Februari yang mencatatkan deflasi 0,09 persen. Bank Indonesia kembali berpeluang menurunkan tingkat bunga acuannya. Sedangkan dari kawasan, sentimen positif pasar digerakkan langkah bank sentral Cina (People's Bank of China) memotong reserve requirement ratio (RRR) sebesar 50 bp di tengah memburuknya aktivitas manufaktur di negara itu.
Indeks China Final Manufacturing PMI Februari 2016 kembali turun pada bulan ke tujuh berturut-turut di 49,0, di bawah perkiraan analis, dan bulan sebelumnya masing-masing 49,4. Penguatan harga minyak mentah kemarin hingga US$ 34 per barel di pasar Asia turut mengangkat kembali saham berbasis komoditas, seperti tambang dan perkebunan.
Pasar saham global tadi malam kembali bullish, menyusul tren positif pergerakan pasar saham Asia. Indeks Eurostoxx di zona Euro menguat 1,72 persen di 2.996,39. Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 2 persen dan 2,4 persen, tutup di 16.865,08 dan 1.978,35.
Rally harga komoditas, menyusul menguatnya harga minyak mentah dan keputusan PBoC memangkas RRR dan data aktivitas manufaktur Februari di atas perkiraan, telah mendorong aksi beli aset berisiko. Harga minyak mentah tadi malam naik 1,9 persen di US$ 34,40 per barel.
Indeks ISM Manufacturing PMI AS Februari 2016 naik ke 49,5, di atas perkiraan analis 48,5. Hal ini mengindikasikan meningkatnya aktivitas pabrikan di negara utama dunia itu, yang menguatkan kembali optimisme atas pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
VINDRY FLORENTIN