TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan kenaikan harga rokok menjadi penyumbang inflasi signifikan sepanjang Februari 2016. Duit untuk mengkonsumsi rokok menggeser kebutuhan dasar, misalnya pemenuhan gizi. Dampaknya memicu kemiskinan.
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DIY Arjuliwondo mengatakan pengeluaran kebutuhan masyarakat perkotaan untuk membeli rokok cukup tinggi. Pada Februari, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,25 persen dengan indeks sebesar 121,74, lebih tinggi dibanding indeks pada Januari sebesar 121,08.
Dari tiga kelompok pengeluaran itu, kelompok makanan jadi naik 0,09 persen, minuman tidak beralkohol naik 0,82 persen, dan tembakau maupun minuman beralkohol naik 0,34 persen. “Hampir setiap bulan rata-rata ada kenaikan pengeluaran untuk konsumsi rokok,” kata Arjuliwondo di kantor BPS, Selasa, 1 Maret 2016.
Menurut dia, pengeluaran masyarakat perkotaan untuk membeli rokok meningkat seiring dengan kenaikan harga di tingkat produsen. Sebagian masyarakat menyisihkan duitnya untuk membeli rokok sehingga belanja untuk kebutuhan lain menjadi terganggu. Misalnya kebutuhan untuk pemenuhan gizi dan membeli susu. Pengeluaran ini memicu kemiskinan.
Baca juga: Inflasi Komponen Inti Rendah, BPS: Tanda Ekonomi Terkendali
BPS mencatat, Yogyakarta pada Februari ini mengalami deflasi sebesar 0,09 persen. Deflasi terjadi karena menurunnya harga-harga yang menyebabkan perubahan angka indeks harga konsumen. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan angka indeks, selain makanan jadi dan tembakau, adalah perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, yang naik 0,27 persen.
Pengeluaran sandang naik 0,72 persen, kesehatan naik 0,14 persen, sedangkan kelompok bahan makanan turun 1,08 persen. Pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga turun 0,02 persen. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun 0,26 persen.
Komoditas yang paling mempengaruhi inflasi di antaranya kontrak rumah, jeruk, emas, perhiasan, sewa rumah, dan kacang panjang. Sedangkan komoditas yang menghambat inflasi ialah bawang merah, tarif listrik, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bensin. Laju inflasi Februari 2016 terhadap Desember 2015 sebesar 0,44 persen. Sedangkan laju inflasi tahunan pada Februari 2015 sebesar 3,83 persen year on year.
SHINTA MAHARANI