TEMPO.CO, Jakarta - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengumumkan penurunan tarif listrik bulan ini. Penurunan tarif ini dipicu anjloknya harga minyak Indonesia (Indonesia crude price/ICP) dan nilai tukar rupiah yang stabil.
"Besaran inflasi juga turun menjadi 0,51 persen pada Januari 2016," ujar Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun melalui keterangan pers, Selasa, 1 Maret 2016.
Tarif untuk konsumen listrik tegangan rendah turun menjadi Rp 1.355 per kilowatt-jam (kWh) dari tarif bulan lalu sebesar Rp 1.392 per kWh. Enam golongan masuk kategori ini, yakni rumah tangga kecil, rumah tangga sedang, rumah tangga besar, bisnis menengah, pemerintah sedang, dan penerangan jalan umum.
Konsumen tegangan menengah juga menikmati penurunan dari Rp 1.071 bulan lalu menjadi Rp 1.042 per kWh bulan ini. Golongan itu mencakup konsumen bisnis besar, industri menengah, dan pemerintah besar.
Penurunan juga terjadi untuk konsumen tegangan tinggi, dari Rp 959 menjadi Rp 933 per kWh. Begitu juga konsumen layanan khusus dan premium, dari Rp 1.573 menjadi Rp 1.532 per kWh.
Benny optimistis tarif yang terus turun mampu meningkatkan konsumsi listrik. Bulan ini perseroan menargetkan pertumbuhan mencapai 6-7 persen. Januari lalu, listrik terjual sebesar 12,57 tWh.
PLN menargetkan pertumbuhan penjualan listrik tahun ini sebesar 225 tWh atau 10 persen di atas total penjualan listrik pada 2015 sebesar 205 tWh. "Penurunan tarif menjadi kunci peningkatan konsumsi. Trennya masih seperti itu," kata Benny.
ROBBY IRFANY