TEMPO.CO, Jakarta - Faktor bahasa ditengarai masih menjadi permasalahan dalam realisasi investasi Cina. Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, banyak para investor yang sudah membangun pabriknya. Namun, ternyata, tanah tersebut belum memiliki izin untuk industri. Padahal pembangunan sudah dilakukan.
Franky mengakui kendala bahasa sering mengakibatkan terhambatnya realisasi investasi. Informasi yang didapatkan investor menjadi kurang dan, ketika bangunan sudah dibangun, barulah investor tersebut tahu bahwa lahan tersebut belum memiliki izin. "Ada juga kendala mereka beli lahan, tapi karena kendala bahasa, ketika ingin membangun, izinnya tidak keluar," katanya di Jakarta, Senin, 29 Februari 2016.
Menurut Franky, kebanyakan masalah perizinan ini terjadi di daerah. Saat perusahaan membeli lahan untuk membangun industri, jawaban yang diberikan pemerintah kerap cukup lama. Hal ini membuat investor biasanya sudah membangun industrinya lebih dulu. Saat bangunan sudah selesai, ternyata lahan tersebut tidak memiliki izin. "Mereka punya problem, salah satunya bahasa," ujarnya.
Baca: Menteri Pertanian Sebut Ada yang Permainkan Harga Beras
Selain itu, dalam mencari partner, investor sering salah sasaran. Akibatnya, hal ini akan mengganggu investasi. Menurut Franky, tidak tepatnya mencari partner juga merupakan salah satu akibat masalah bahasa.
Untuk itu, Franky mengusulkan pembentukan desk Cina. Dengan adanya desk ini, diharapkan pemerintah dapat memfasilitasi para investor agar dapat menemukan partner yang tepat. BKPM juga akan memberikan fasilitas layanan booking lahan dalam program layanan tiga jam.
Cina merupakan salah satu negara prioritas BKPM pada 2015. Komitmen investasi Cina selama 2010-2014 tercatat mencapai US$ 11 miliar, sedangkan untuk 2015 mencapai US$ 22 miliar.
Pada 2010-2014, nilai investasi yang masuk dari Cina mencapai US$ 1,5 miliar. Angka ini, bila dirata-rata, mencapai US$ 495 juta. Dibanding pada periode 2015, angkanya meningkat 26 persen menjadi US$ 628 juta.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI