Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Novi Paluch, Kisah Gerai Batik di New York  

image-gnews
Warga menuangkan cantingnya pada kain saat mengikuti kegiatan Ngebatik Sekampung di Rumah Batik Palbatu, Jakarta, 2 September 2015. Kegiatan untuk memperingati Hari Batik Nasional, Mencintai Indonesia Melalui Batik. TEMPO/Subekti.
Warga menuangkan cantingnya pada kain saat mengikuti kegiatan Ngebatik Sekampung di Rumah Batik Palbatu, Jakarta, 2 September 2015. Kegiatan untuk memperingati Hari Batik Nasional, Mencintai Indonesia Melalui Batik. TEMPO/Subekti.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Novi Paluch masih ingat betul, lima tahun lalu, nyaris tidak ada orang yang mengenal batik Indonesia di Buffalo New York, sebuah kota di Amerika Serikat yang berbatasan dengan Toronto, Kanada. Jangankan batik, orang di sana juga mengira Bali ada di Thailand. “Menyedihkan,” kata perempuan 42 tahun itu kepada Tempo di Yogyakarta Sabtu, 20 Februari 2016.

Sepuluh tahun lalu, Novi hijrah Buffalo karena mengikuti suami yang berkewarganegaraan Amerika. Begitu tinggal di sana, terlintas dalam benaknya untuk memperkenalkan batik kepada masyarakat Amerika. Padahal, saat di Indonesia, ia justru antibatik. “Terlihat tua dan tidak dinamis,” ucapnya.

Novi kemudian mengenakan beberapa produk batik dari Yogyakarta saat bepergian atau pada saat datang ke acara. Perempuan dengan rambut berpotongan bob ini bercerita, mereka banyak bertanya-tanya saat pertama kali melihat batik. “Ini apa? Bahannya bagus sekali,” ujarnya.

Dari situlah ia memutuskan untuk membuka gerai batik pertama di Kota Buffalo. Dengan label Sasmita Batik, produk yang ia pasarkan beragam, mulai dari celana pendek, jumpsuit, dres, atasan, kemeja, dompet, dan aneka aksesori dengan kisaran harga US$ 15-150. Batik cap menjadi primadona. “Orang sana tidak terlalu suka printing,” ucapnya.

Gerai batiknya terus berkembang, Novi kemudian mendesain sendiri produk batik yang ia jual. Alasannya, karena model batik yang ada di Indonesia tidak sesuai dengan selera masyarakat Buffalo New York. Mereka menyukai model terusan maxi tanpa lengan. “Sangat simpel, tetapi mereka juga tidak suka yang terlalu terbuka,” tutur istri dari Rocky Paluch ini.

Alumnus Unitomo Surabaya itu tak sekadar menjual batik, ia juga memberikan informasi seputar batik, termasuk merekomendasikan padu padannya. “Pernah ada konsumen yang nyinyir soal batik lawasan dan menganggap produk yang saya jual itu barang bekas,” kata dia sambil tertawa. Ia pun menjelaskan bahwa batik lawas justru banyak dicari para kolektor batik. Sepekan kemudian konsumen itu kembali dan memborong baju batik lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gerainya paling ramai dikunjungi saat summer atau musim panas. Ketika itu orang berlomba-lomba mencari baju yang digunakan untuk jalan-jalan. Sarung batik menjadi idola, karena masyarakat memakainya sebagai sarung pantai. Wali kota juga menghargai usahanya karena dianggap ikut menggerakkan roda perekonomian di kota itu. “Saya orang pertama yang nekat buka usaha di pusat kota, sementara banyak orang memilih buka toko di pinggir kota,” kenangnya.

Sejumlah media massa pun mengulas batik karya perempuan yang pernah sepuluh tahun bekerja di Bursa Efek Jakarta ini. Spree Magazine yang dikenal sebagai majalah gaya hidup kelas atas pun ikut memberitakan batik Indonesia. Ketenarannya juga sudah diakui Konsulat Jenderal Indonesia. “Dalam setiap promosi, nama Sasmita Batik selalu dicantumkan,” kata Novi.

Kini, goresan canting dan lilin itu sudah menjadi bagian dari keseharian warga Buffalo New York. Kemarin, ia datang ke Yogyakarta menemui para perajin yang selama ini memasok satu kontainer batik setiap tahun ke gerainya di Amerika. “April nanti saya berencana menggelar peragaan busana batik diiringi gamelan,” katanya.

SWITZY SABANDAR

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

7 jam lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

12 hari lalu

Alat Peraga Manual Pump di Kampung Kerajinan Taman Pintar Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.


Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

16 hari lalu

Karcis parkir yang diberi tempelan jasa titip helm di Kota Yogyakarta. (Dok: media sosial)
Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

25 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

27 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

36 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

42 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

43 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

44 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.