TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja memastikan solar jenis baru yang bakal dipasarkan PT Pertamina (Persero) dicampur dengan bahan bakar nabati (BBN).
"Semua jenis solar terkena mandatory BBN 20 persen," kata Puja di kantornya, Senin, 22 Februari 2016. "Tidak terkecuali."
Sebelumnya, Pertamina mengungkapkan akan memasarkan gasoil jenis baru, yang kemungkinan bernama Solarlite. Rencananya, solar baru ini dipasarkan mulai akhir Maret mendatang.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang mengklaim Solarlite lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan solar biasa. "Karena kadar sulfurnya rendah, yakni 1.000 ppm (parts per million), sementara solar biasa berkadar sulfur 3.000 ppm." Meski begitu, keramahan lingkungan Solarlite masih kalah dibanding gasoil unggulan Pertamina, yakni Pertamina Dex, yang kandungan sulfurnya hanya 300.
Baca: Direktur Migas: Penetapan Harga BBM Dilakukan per Tiga Bulan
Solarlite juga diklaim Bambang lebih bertenaga karena kandungan cetane-nya mencapai angka 51, terpaut tipis dari Pertamina Dex sebesar 53. Angka ini jauh mengungguli solar subsidi yang hanya berkadar cetane 40.
Bambang mengatakan Solarlite bakal dijual tidak lebih dari Rp 7.000 per liter. Dia menilai, harga ini pas sebagai penengah karena Pertamina Dex masih terbilang mahal, yakni Rp 9.000 per liter. Sementara itu, solar subsidi dijual murah seharga Rp 5.650 per liter.
Hingga saat ini, kata Putu, pemerintah belum menerima surat dari Pertamina terkait dengan BBM baru ini. "Saya belum lihat suratnya. Nanti kalau sudah ada baru akan kami bahas."
Adapun, menurut Bambang, Pertamina akan mengusulkan dua jenis soal untuk diuji oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tanpa campuran BBN dan dengan campuran BBN. "Terserah pemerintah mau pakai yang mana," ujar Bambang.
PRAGA UTAMA