TEMPO.CO, Jakarta - Semakin banyak orang menerapkan pola hidup sehat, semakin besar peluang bisnis makanan sehat.
Burgreens, restoran makanan sehat yang digagas Helga Angelina (25) bersama suaminya, Max Mandias (27), dan tim bukan sekadar menyajikan salad dan jus buah segar.
Burgreens memastikan menu mereka yang berbasis nabati ini bebas MSG dan lebih dari itu ramah lingkungan—memakai bahan organik atau lokal serta bebas minyak kelapa sawit.
Ide terjun ke bisnis makanan sehat berasal dari pengalaman pribadi Helga. “Waktu aku berumur 15 tahun, aku memutuskan untuk jadi vegetarian dan makan sehat,” ujar Helga saat ditemui di Burgreens di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
“Aku jadi vegetarian karena waktu kecil aku sakit-sakitan. Mamaku dokter dan dia merawatku pakai (obat) kimia,” katanya.
Helga menyadari, mengonsumsi banyak obat dalam jangka panjang berefek samping.
“Di umur 15 itu aku ada masalah dengan ginjal dan banyak alergi. Juga insomnia, sinusitis, eksim, pokoknya banyak penyakit yang aku derita,” tambahnya.
Helga membaca buku mengenai pola hidup sehat. Buku Food Combining karya Andang W. Gunawan membawa pencerahan.
“Aku merasa idenya tentang self-healing melalui nutrisi sangat masuk akal. Menurutku kita bisa hidup dengan hal-hal yang natural. Dua tahun setelah aku ganti pola makan dan pola hidup, penyakitku berangsur-angsur hilang. Sejak itulah aku sangat bersemangat tentang healthy food,” kenang Helga yang berkulit segar ini.
Lulus SMA, Helga melanjutkan kuliah di Belanda. Ia bertemu dengan Max. “Awalnya kami kerja bareng di restoran Indonesia di sana, terus berpacaran. Max hobi masak. Selama pacaran dia suka memasakkanku. Dia lihat isi kulkasku, bahan-bahannya cuma sayur dan buah. Dia mulai tertarik untuk cari tahu kenapa orang jadi vegetarian, dia riset jauh lebih banyak daripada aku,” cerita Helga.
“Hingga dia terinspirasi jadi vegetarian karena tahu Einstein, Nikola Tesla, dan Steve Jobs itu semua vegetarian. Max kemudian jadi volunteer di sebuah restoran raw food di Amsterdam. Raw food itu makanan berbasis nabati yang diproses secara kreatif tanpa menggunakan panas dan sealami mungkin, jadi bukan daging atau sushi mentah begitu, ya,” tambahnya.
Perpaduan gaya hidup sehat Helga, yang menulari Max, dan keterampilan masak Max menginspirasi terbentuknya Burgreens. Tiba saatnya kembali ke Indonesia, mereka ingin mengerjakan sesuatu mereka sukai dan berkontribusi juga kepada lingkungan.
“Terpikirlah bisnis restoran makanan sehat di Jakarta,” ucap Helga.
Setelah menyempurnakan resep makanan sehat yang beberapa di antaranya bahkan telah diuji coba di Belanda, Helga dan Max membuka restoran pertama mereka di daerah Rempoa, Jakarta Selatan, pada November 2013. Cabang di Tebet diresmikan Januari 2015.
“Di Tebet ini kami kerja sama dengan Organiklub. Jadi tempat ini seperti one-stop shopping dan eatery. Bisa berbelanja bahan organik dan bisa makan di restoran kami juga,” jelas Helga.
Menu Burgreens kebanyakan muncul dari ide kreatif Max. Bayangkan rumitnya menciptakan “daging” dari bahan seperti jamur atau kacang. Menu favorit pelanggan, veggie burger, butuh waktu 6 bulan untuk penyempurnaan.
“Susah, lo membuat makanan berbentuk burger, tapi enak dan sehat. Kami pakai bahan seperti jamur untuk mengganti daging. Susahnya waktu itu karena kami tes di Belanda, karena di sana orang biasa makan sehat, makanan yang rasanya enggak terlalu tajam ini enak. Waktu kami tes kepada orang yang biasa mengonsumsi vetsin atau yang biasanya makan daging, tidak semudah itu mereka menerima,” ungkap Helga.
Burgreens menjalankan tiga strategi pemasaran.
“Kami sangat percaya untuk makanan, strategi pemasaran utamanya adalah produknya. Pemasaran sebagus apa pun, tempatnya seindah apa pun, kalau makanannya enggak enak, ya orang enggak akan balik. Jadi kami memastikan, produk kami adalah makanan yang kualitasnya terjaga dan konsisten dari segi rasa, bahan yang dipakai, dan presentasi. Itu nomor satu,” tegas Helga.
Berikutnya, tentu mengandalkan kekuatan media sosial.
“Media sosial bisa kami gunakan untuk pemasaran dan edukasi, misalnya berupa kampanye atau promosi produk,” terangnya.
“Ketiga, kami bikin acara bersama komunitas. Burgreens menjadi penyambung banyak komunitas seperti komunitas organik, gaya hidup sehat, gaya hidup berkesadaran, dan komunitas anak muda yang peduli lingkungan,” tambah Helga.
Strategi yang terbukti jitu. Membuka restoran pertama dengan modal 220 juta rupiah, Helga, Max, dan tim menjadwalkan peresmian restoran ketiga Burgreens di daerah Fatmawati, masih di Jakarta Selatan, Mei mendatang.