TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan, volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Januari 2016 sebesar 2,1 juta ton. Angka itu turun 16 persen dibandingkan dengan volume ekspor pada Desember 2015 yang mencapai 2,5 juta ton. Sementara jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia Januari 2016 meningkat 16,35 persen.
"Penurunan volume ekspor minyak sawit Indonesia karena menurunnya permintaan dari negara tujuan ekspor kecuali Pakistan, Amerika Serikat dan Negara Timur Tengah," kata Direktur Eksekutif Gapki, Fadhil Hasan, Jumat 19 Februari 2016.
Dia menyebut, pada Januari 2016, Pakistan menaikkan impor minyak sawitnya hingga 42 persen dari 165,27 ribu ton pada Desember lalu meningkat menjadi 235,08 ribu ton pada Januari 2016. "Meningkatnya permintaan dari Pakistan didukung dengan meningkatnya industri pengolahan makanan di Pakistan," kata Fadhil.
Peningkatan permintaan minyak sawit Indonesia oleh Amerika Serikat (AS) tercatat cukup signifikan. Pada Januari 2016 ekspor minyak sawit Indonesia ke AS mencapai 92,53 ribu ton atau meningkat 37,59 persen dibandingkan Desember lalu sebesar 67,25 ribu ton.
Peningkatan permintaan minyak sawit oleh Negeri Abang Sam sepertinya untuk meningkat stok di dalam negeri pada saat harga CPO global sedang rendah. Pada saat yang sama, penguatan mata uang AS juga menjadi faktor pendorong mereka melakukan impor. "Sementara itu tanaman kedelai di AS khususnya di negara bagian Misissipi saat ini terserang penyakit sejenis jamur yang sudah dipastikan akan menyebabkan produksi yang berkurang secara signifikan," kata Fadhil.
Peningkatan permintaan minyak sawit Indonesia Januari 2016 juga dibukukan oleh Negara Timur Tengah sebesar 10,8 persen dibandingkan Desember lalu.
Sebaliknya, Cina mencatatkan penurunan impor minyak sawitnya dari Indonesia secara signifikan. Volume ekspor ke Negeri Tirai Bambu ini hanya mencapai 275,6 ribu ton atau menurun 56,4 persen dibandingkan dengan ekspor Desember lalu sebesar 632,35 ribu ton. Penurunan permintaan dari Cina disebabkan perlambatan ekonomi yang menurunkan daya beli. Selain itu pelepasan stok minyak rapeseed yang mencapai 6 juta ton hanya terjual sebesar 57 persen, sehingga stok minyak nabati di dalam negeri tinggi.
Penurunan permintaan diikuti India. Pada Januari 2016 volume ekspor minyak sawit Indonesia ke negeri Bollywood hanya mampu mencapai 383,65 ribu ton atau menurun 15 persen dibandingkan ekspor Desember 2015 sebesar 450,68 ribu ton. Penurunan permintaan sepanjang Januari 2016 juga dicatatkan Bangladesh 11 persen, negara Uni Eropa sebesar 5 persen dan negara Afrika 4 persen.
PINGIT ARIA